Elfa Arizona, SPd.
Jumlah anggota peserta ritual Cahe sebanyak 12 orang yang seluruhnya laki-laki. Karena yang berhak menerima amanah/warisan dari nenek moyang adalah keturunan yang berjenis kelamin laki-laki. Amanah/warisan yang diberikan tidak berupa benda pusaka, tidak juga berupa materi, melainkan pangkat/gelar. Dalam ritual ini perempuan hanya membawa sesajin yang dibawa oleh penduduk.
Pewarisan gelar ini diberikan berdasarkan wangsit, misalnya : seperti Maskawi/P. Suno yang bergelar Tampa Karsa, gelar ini kemudian diwariskan kepada menantu cucunya. Karena anak P. Suno adalah perempuan dan beliau sendiri usianya sudah udzur, sedangkan cucunya sendiri adalah perempuan. Jadi yang berhak menerima warisan gelar ini adalah menantu cucunya. Mungkin ada alasan lain mengapa menentu cucu yang menerima warisan itu,mengapa bukan menantunya sendiri? Hal ini mungkin juga berdasarkan Wangsit yang diterima P. suno.
Adapun struktur pada masing-masing gelar diantaranya :
1. Maskawi/P. Suno dengan gelar Tampa Karsa (TK)
Tampa Karsa : Orang yang bertugas ini Tampa (menerima) Karsa (petunjuk/wangsit). Gelar ini juga bertugas sebagai komando untuk memulai bernyanyi (acahe), selain itu untuk memastikan kapan ritual ini akan dilaksanakan menunggu wangsit/bisikan gaib dari nenek moyang yang melalui Tampa karsa. Jalannya prosesi ritual ini juga dibawah komando Tampa Karsa dan KalebunCahe
2 Maskarun dengan gelar Opas Parenta (OP)
Opas Parenta : Tugas dari gelar ini adalah menyampaikan petunjuk. Karena petunjuk itu bisa datang pada dua orang, yaitu Tampa karsa dan Opas Parenta. Kemudian mereka berdua berembuk untuk memastikan kapan ritual dilaksanakan. Karena petunjuk/wangsit yang datang tidak harus bersamaan waktunya.
3 Ma’ahu dengan gelar Kalebun Cahe (KCh)
Kalebun Cahe : Tugas Kalebun adalah menerima perintah dari TK, baik itu perintah tentang jalannya prosesi ritual, bentuk sesajin, jenis katompa’ankatompa’an tersebut harus dilepaskan. Semuanya itu berdasarkan Haddam (wangsit dari leluhur). Selain itu KCh biasanya mengalami kesurupan dan KCh, yang kesurupan dapat menceritakan keadaan musim yang akan datang, dan dapat menjelaskan sesajin tambahan (seperti yang sudah dipaparkan diatas, baca : katompa’an). Tidak hanya itu saja, ketika KCh mengalami trance ia akan mengasah kepalanya pada bebatuan, kadang-kadang tubuhnya ambruk ke tanah. (tumbal), dan tempat dimana
4 Musahra dengan gelar Apel (AP)
Apel : Tugas AP adalah menyampaikan hasil dari keputusan/hal-hal yang disampaikan oleh leluhur/roh nenek moyang yang telah merasuki tubuh salah satu anggota peserta ritual Ch , yang kemudian disampaikan oleh AP kepada masyarakat.
(misalnya: roh leluhur meminta sesajin tambahan berupa 1 pasang perahu (katompa’an) kemudian AP menyampaikan permintaan itu pada masyarakat yang sedang mengikuti jalannya ritual ini dengan menawarkan :
AP : “Ba’na kodhu asalamed … (tergantung yg diminta). Baramma sanggup kakabbi ?”
Masy : “Sanggup….!!!” )
5 Munadrin/P. Abduri dengan gelar Jaragan Poji (JP)
Jaragan Poji : Tugas JP adalah memberi perintah pada peserta Ch untuk memberikan pujian (7 macam PJ/NY), biasanya pada saat ritual berlangsung.
6 Umar/P. Essu dengan gelar Kapala Perang (KP)
Kepala Perang : Tugas dari KP adalah sebagai pengawal masuk ke dalam goa. Maksudnya, dalam ritual ini terdiri dari beberapa bagian. Pertama kegiatan sebelum masuk ke dalam mulut goa,Kedua setelah itu keluar dari dalam mulut goa,Ketiga dilanjutkan dengan ritual di luar gua,dan terakhir Keempat masuk lagi ke dalam gua untuk meletakkan sesajin (1 porsi nasi + lauk pauk, sesisir pisang, dan kelapa gading/kelapa kuning yang dihiasi rangkaian kuntum bunga du’ remmek), untuk masuk ke dasar gua merupakan tugas KP untuk mengawal peserta yang lain.
7 Suwatmo dengan gelar Rama Kadri Kathebel (RKK)
Rama Kadri Kathebel : Tugas dari RKK adalah meletakkan sesajin. Maksudnya RKK menerima perintah untuk meletakkan sesajin dibeberapa tempat yang diyakini oleh mereka bahwa tempat itu adalah kuburan nenek moyang mereka/persemedian ketujuh Syaiful Karomah dengan dikawal oleh KP dan atas petunjuk dari TK.
8 Asmora dengan gelar Somor Se Petto’ (SSP)
Somor Se Petto’ : Tugas gelar SSP adalah mengumpulkan air dari tujuh sumur, dimana tujuh sumur ini juga terdapat disekitar desa Kebun Dadap Timur. Mengumpulkan air dari tujuh sumur ini merupakan serangkaian kegiatan sebelum hari ‘H’ pelaksanaan ritual Ch. Seluruh anggota ritual yang terdiri dari 12 orang ini secara bersama-sama melakukan ritual di tujuh sumur itu (semacam minta izin kepada ‘pemilik sumur’). Setelah mengaji dan membacakan pujian di sumur-sumur itu kemudian tugas SSP untuk mengambil air di sumur.
9 Moner dengan gelar Se Cèlèng (SC)
Se Cèlèng : Tugas dari SC adalah yang memiliki hak untuk permohonan. Maksudnya, SC adalah se andi’ pangraksa (yang memiliki karsa), dimana warga yang memiliki hajat/keinginan untuk menyampaikan supaya keinginannya terwujud maka melalui SC. Cèlèng yang di dalam bahasa Indonesianya disebut babi, mungkin saja orang yang menyandar gelar ini punya sifat atau tingkah laku seperti babi, tapi pada saat ritual saja. Karena untuk gelar ini tidak begitu penting dan tidak begitu bargain.
10 Absu/P.Tris dengan gelar Se Kendhi’ (SK)
Se Kendhi’ : Tugas dari SK adalah yang memberi petunjuk kepada TK. Konon orang yang bergelar SK ini dia adalah ahli pertapa, wujudnya tidak nampak, memang dia manusia tetapi karena dia ahli pertapa bisa menghilang (makhluk gaib) dan konon orang ini ditubuhnya tepatnya dibagian pinggang ada tanda (semacam andeng-andeng yang berwarna putih) tanda ini memang ada sejak lahir. Kendhi’ (semacam ikat pingggang, biasanya dipakai oleh bayi yang masih balita. Tali ini sudah diberi jampi-jampi tujuannya untuk menghalau makhluk halus agar tidak mengganggu anak ini/semacam jimat). Sebenarnya gelar ini hanya formalitas saja, karena menurut tuturan ketua adat TK dia merupakan barang gaib, jadi susah untuk menjelaskan secara akal (logika).
11 Sukarto dengan gelar Tokang Potos (TP)
Tokang Potos : tugas dari TP adalah sama dengan hakim dipengadilan, yaitu yang memberi keputusan. Keputusan ini diperoleh dari perdebatan antara TK/KCh ( tergantung pada siapa saja yang tubuhnya dirasuki oleh roh nenek moyang yang memang salah satu diantara dua orang ini) dengan OP/JP seperti yang sudah dipaparkan diawal, kemudian untuk memutuskan hal apa saja, misalnya : tentang sesajin tambahan, katompa’an yang harus dilepas sesuai permintaan roh nenek moyang, maka tugas TP yang memberi keputusan akhir yang kemudian hasil keputusan ini diterima oleh AP dan disampaikan pada masyarakat yang juga ikut serta dalam pelaksanaan ritual. Selain itu, tugas TP adalah membaca doa. Doa yang dibaca perpaduan dari tiga bahasa : bahasa Arab, Madura, dan Jawa.
(prosesi pembacaan doa ini, kalau kita lihat pada penayangan gambar dilaksanakan berbarengan dengan penyerahan sesajin (yang sudah dijelaskan diawal) kepada warga. Saat warga berebut mengambil barang bawaan masing-masing TP/BTP membacakan doa dengan didampingi TK. Pada akhir pembacaan TK menaburkan beras kuning dari atas bukit goa Kandhalia)
12 Ruhnan/P. Aknami dengan gelar BekkelTokang Potos (BTP)
Tokang Potos : tugas dari gelar BTP sama dengan TP. Bekkel sama halnya dengan wakil, jadi kalau TP tidak ada, tugas TP dialihkan pada BTP, atau BTP membantu tugas daripada TP.
******
Tulisan bersambung