Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura
Menurut mereka, tanggungjawab pengembangan bahasa dan sastra Madurainiyang terbesar ada di pundak Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan serta dinas Pariwisata. Selain dinas-dinas mi, mereka berharap, Universitas Trunojoyo juga turut memikul tanggungjawabinidengan membuka Program Studi Bahasa dan Sastra Madura. Tanggung jawab selanjutnya ada pada guru bahasa Madura di kabupateri Bangk alan sendiri. Merekalah yang merupakan ujung tombak dan suksesnya pengembangan bahasa dan sastra Madura di Bangkalan.
Kesempatan untuk mempopulerkan bahasa dan sastra Madura masih terbuka lebar. Seorang informan menyatakan bahwa ia pernah mencoba mengadakan perlombaan tentang bahasa dan sastra Madura dan ternyata, lomba ia sukses dengan jumlah peserta yang lumayan banyak dan di luar perk iraan. Dan fakta inilah dapat ditarik asumsi bahwa sebenarnya masyarakat Bangkalan masih cinta pada bahasa dan sastra Madura.
Hanya saja, karena lingkungan mereka khususnya Pemerintah Daerah Bangkalan terkesan acuh pada bahasa Madura, merekapun menjadi terpengaruh dan bersikap acuh pula. Ketika pemantik semangat berbahasa dan bersastra Madurainimuncul, mereka langsung menyambutnya dengan gembira. Harapan para informan, semangatinijangan sampai pudar. Karena ketika pudar, bahasa dan sastra Madura menjadi bahasa dan sastra yang siap-siap berada pada ujung kepunahan.
Untuk mempertahankan semangat mi, para informan memberikan rekomendasi agar PEMDA atau instansi terkait secara rutin mengadakan acara-acara yang berfungsi mempromosikan bahasa dan sastra Madura. Pelatihan kebudayaan khususnya tentang bahasa dan sastra Madura harus lebih diperbanyak lagi. (Lontar Madura)
Tulisan berkelanjutan:
- Perkembangan Bahasa dan Sastra Madura di Bangkalan
- Kondisi Umum Bahasa Sastra Madura di Bangkalan
- Bahasa dan Sastra Madura Tradisional di Bangkalan
- Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura
Dinukil dari buku “Langkap Budaya Bangkalan Pasca Beroperasinya Suramadu”, (penerbit LPPM Universitas Madura Bangkalan/Cantrik Pustaka, 2019)
Dibawah layak dibaca