Menyikapi Budaya Carok dalam Masyarakat Madura

Illustrasi

Karakteristik dan tradisi masyarakat Madura menjadi catatan cukup menarik bagi semua kalangan, khususnya pengamat dan pemerhati budaya. Madura sebagai wilayah yang tak habis-habisnya menjadi “obyek” amatan ini demikian popular ketika diangkat wacana carok. Carok dan Celurit dalam percaturan masyarakat luar Madura menjadi hal yang mengerikan, apalagi eksploitasi pemberitaan di media demikian mudahnya menilai bahwa setiap perkelahian orang Madura (baca: etnik) baik dengan menggunakan celurit maupun senjata tajam lainnya, baik perorangan maupun massal dianggap sebuah tragedi carok.

Darisinilah akhirnya terjadi kekaburan nilai terhadap makna carok itu sendiri. Padahal carok bukan sekedar ketrampilan berkelahi, namun juga dilakukan atas dasar kesadaran pelaku maupun kerabat dan lingkungannya, sehingga dalam amatan budaya, carok menjadi sebuah budaya masyarakat Madura.

Dalam tulisan berikut ini kami posting dari Alek Kurniawan (www.alekkurniawan.com) yang menurut hemat kami cukup menarik untuk dipahami oleh semua pihak.  Selanjutnya dalam tulisan ini kami bagi posting dari bebera sub judul yang ada (admin/syaf)

***

oleh: Alek Kurniawan

Pendahuluan

Boleh jadi, ketika mendengar kata Madura, dalam benak sebagian orang akan terbayang alam yang tandus, perilaku yang kasar dan arogan bahkan menakutkan. Citra negatif yang paling kentara adalah mengenai carok dan clurit. Citra negatif ini kemudian juga melahirkan sikap pada sebagian orang Madura, utamanya kaum terpelajar, merasa malu menunjukkan diri sebagai orang Madura, karena Madura identik dengan keterbelakangan atau kekasaran. Keadaan ini harus diakhiri.

Untuk itu, dibutuhkan suatu penulusaran lebih lanjut demi terbukanya wawasan masyarakat mengenai nilai-nilai budaya Madura yang selama ini disalah persepsikan. Upaya tersebut dapat dimulai dimulai dengan menonjolkan hal-hal yang positif dari Budaya Madura. Inventarisasi yang cermat terhadap nilai-nilai sosial budaya yang positif atau sering diistilahkan dengan nilai-nilai luhur perlu dilakukan. Nilai-nilai tersebut bisa kita temukan melalui tinjauan sejarah serta dalam ungkapan-ungkapan Madura yang banyak memuat bhabhurughan becce’. (nasehat-nasehat baik).

Dalam tulisan kali ini saya akan memabagi pembahasan ke dalam 5 kelompok. Pertama, mengaenai Budaya Carok Dalam Masyarakat Madura, Kedua mengenai Celurit Sebagai Simbol Carok, ketiga mengenai Tinjauan Sejarah Mengenai Kemunculan Carok dan Celurit Dalam Budaya Madura, keempat mengenai bagaimana Menyikapi Nila – Nilai Negatif Budaya Madura.

Responses (2)

  1. Budaya carok di Madura ad budaya yang negatif, saya ingin membuat penelitian untuk meminimalisir budaya ini krn kali di hilangkan sepertinya g bs melihat karakter orang madura. Untuk itu bantu dong cari solusinya….? Terima kasih..

    1. Ada sejumlah buku tentang madura, contoh “Carok”, ditulis Latief Wiyata, “Manusia Madura”, ditulis Mien Rifa’ie dll. Anda tinggal mencari dan menemukan saja di toko buku. Seementara sebagai dasar pemikiran cari saja di laman ini, ada sejumlah posting tentang carok, atau kecuali anda datang ke Lontar Madura (Sumenep)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.