Memadurakan Sastra Madura

Oleh Lukman Hakim AG.

seminar-sastra-madura-dan-media
Lukman Hakim AG (sedang berbicara)

Basa Nantowagi Bangsa

PERIBAHASA itu tidak asing bagi orang Madura. Bahasa, sebagai alat komunikasi dan menyampaikan gagasan, itu sekaligus menjadi identitas seseorang. Dengan bahasa pula, orang yang mendengar bisa mengidentifikasi bahwa penutur A begini, pengucap B begitu, dan seterusnya.

Merujuk pada beberapa sumber, bangsa adalah kelompok manusia. Mereka memiliki sejumlah kesamaan yang dijadikan sebuah identitas. Misalnya, bahasa, budaya, dan sejarah. Mereka umumnya memiliki asal usul yang sama.

Suatu bangsa tidak selamanya berkaitan dengan tempat. Itu terkait dengan beberapa faktor. Awalnya, bisa karena pernikahan, pekerjaan, dan penyebab yang lain. Sehingga, setelah beberapa lama menjadi sebuah komunitas. Dalam komunitas itu kemudian terbentuk nilai, aturan, dan berbagai aspek demi keberlangsungan hidup mereka.

Kesepakatan-kesepakatan tak tertulis itu kemudian menjadi haluan bersama. Kesepakatan kultural itu juga menjadi rambu-rambu. Bagi pelanggar dipastikan mendapat sanksi sosial. Aib disandang mereka yang tidak mengindahkan.

Bagaimana dengan Madura? Pulau Poteran yang hanya berjarak sekian meter dan bisa ditempuh beberapa menit dari Pelabuhan Kalianget, itu bukan Madura. Pulau Mandangin di Sampang itu juga bukan bagian dari Madura. Namun, Jember yang jauh di seberang bisa termasuk bagian dari Madura.

Secara geografis, Madura merupakan nama pulau di Provinsi Jawa Timur. Terletak di sebelah timur laut. Pulau ini terdiri dari wilayah Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Namun, tidak semua wilayah empat kabupaten itu berada di Pulau Madura.

Dalam pengertian ini, Madura terbatas pada nama sebuah pulau. Karena itu, saya menyebutkan bahwa Pulau Poteran bukan bagian dari Madura. Namun, pada pengertian yang lain bisa menjadi bagian.

Kemudian, Madura dilihat dari sudut pandang etnik atau suku bangsa. Pengertian ini lebih mengarah pada orang dan tidak terbatas pada lokasi tempat tinggal. Orang Madura adalah mereka yang memiliki kesamaan identitas budaya Madura. Orang Madura tidak hanya mereka yang tinggal di Pulau Madura.

Meski demikian, budaya di tempat mereka hidup sama seperti yang dilakukan orang di Pulau Madura. Budaya Madura tidak hanya dijalankan di Pulau Madura. Pada bagian ini, jalinan kesamaan budaya itu yang mengikatkan antarsesama orang Madura.

Bahasa Madura merupakan salah satu yang menjadi identitas. Bahwa, meski tidak tinggal di Pulau Madura, belum tentu mereka bukan orang Madura. Mereka yang tinggal di mayoritas pulau di Sumenep, dan beberapa kabupaten di Pulau Jawa merupakan orang Madura.

Lalu, secara administratif, 126 pulau termasuk bagian wilayah Kabupaten Sumenep. Pulau Mandangin masuk wilayah Kabupaten Sampang. Pulau-pulau itu ”seakan” termasuk bagian dari Madura.

Sementara itu, sebagian warga Pulau Sapeken jelas bukan orang Madura. Tapi, Pulau Sapekan merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep. Penduduk di pulau itu bersuku Bajo. Bahasa daerah dalam berkomunikasi diantara mereka juga bukan bahasa Madura.

Karena itu, orang Sapeken dan sebagian warga pulau sekitar selalu bilang, ”Mau ke Madura” ketika hendak ke Sumenep daratan. Ini membuktikan bahwa mereka menyadari bukan bagian dari Madura secara geografis.

Karena itu, orang Madura tidak hanya mereka yang tinggal di Pulau Madura. Kemudian, bahasa Madura juga bukan hanya bahasa yang digunakan oleh warga Pulau Madura. Bahasa Madura digunakan oleh orang Madura. Mereka tersebar di berbagai tempat seperti asin garam. Bahkan, lebih luas dari penjelasan di atas.

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.