Ari-ari adalah penghubung antara dunia gaib dan dunia menusia dan merupakan tali hidup bayi yang menyatukannya dengan ibunya lewat tali puser. Hidup ibu adalah hidup bayinya dan dalam arti luas, ia meneruskan; ibu adalab bayi itu sendiri; mereka satu melalui tali puser, Perpisahan untuk kelangsungan hidup bukan memisahkan ibu dan anak, melainkan memindahkan ke dalam alam ibu. Ari-ari itu kembali ke ibu dan menjadi anak- anak benikutnya.
Jadi, anak sulung hlngga bungsu mempunyai satu ari-ari. Plasenta dengan air ketuban adalah dunia gaib manusia ebelum lahir. Dunia gaib inilah yang disebut dunia kecil, dunia ibu, dan dunia gaib itu adalah diri sendiri.
Secara ringkas bhuju’ berarti kuburan orag yang memliki keistimewaan. Bhuju’ dalarn arti ini sering terdapat atau terletak di perbatasan wilayah, di tengah desa, atau di bawah pohon. Orang yang dikuburkan di sini pada umumnya pembabat desa atau dukun di desa Itu.
Bhuju’-bhuju’ ini sering didatangi oleh masyarakat setempat maupun oleh orang dari luar untuk ngalap berkah, mencari perlindungan atau meIepaskan nazar. Di bhuju’ setiap tahun orang rnengadakan upacara ngocol kapal, rokat dhisa atau bersih desa, sdekah bumi dan sejenisnya. Doa-doa yang diucapkan pada upacara ini basanya berbentuk macapat (mocopat). Toghuna atau patoghuna (penjaga gaib) pada umumnya ular, ikan mondung (hiu), ikan pare, dan kadang-kadang manusia dan macan.
Bhuju’ orang yang dibunuh tanpa bersalah pada umumnya terletak dipinggir jalan. Bhuju’ seperti ini sering didatangi oleh orang luar. Masyarakat setempat jarang ke situ walaupun dalam hal-hal tertentu mereka mengariggapnya sebagai pelindung juga. Orang berziarah ke bhuju’ iini pada umumnya untuk mengetahui rarnalan tentang nasib atau nyepi untuk mendapat benda-benda magis. Yang ngalap berkah dan perlindungan jarang ke sana. Selamatan dilakukan hanya oleh orang yang nazarya terkabul dan diwujudkan dalarn bentuk bendera saja. Bhuju’ seperti irti biasanya tidak mempunyai patoghu (penunggu gaib).
Foto-foto selengkapnya buka Ekspresi Madura
(Syaf Anton Wr, diangkat dari buku “Kepercayaan, Magi dan Tradisi dalam Masyarakat Madura” (2003)