Bhuju’ Tamonè, Menjauhkan Ari-ari dari Tanah

Siti Fatimah bersumpah pula bahwa anak yang ada dalam kandungannya tidak akan mati sebelum selama tubuh ibunya tidak hancur. Konon kabarnya jenasah Siti Fatimah itu moksa dan tubuhnya tidak ada dalam kubur itu.

Ada pendapat menyebutkan, anak-anak yang ari-arinya digantungkan disana maupun adiknya nanti akan memperoleh berkah dan perlindungan dari bhuju’ tamonè. Rasol (selamatan) diadakan di dekat pohon itu dan didoakan oleh seorang kiai. Tamonè yang digantung di sana mempunyai makna dhuli matè atau tola’ matè (menolak mati). Menggantung tamonè berarti menjauhkan bayi itu dari kematian dengan menjauhkan tamonènya dari tanah.

Yang datang ke bhuju’ tamonè adalah mereka yang belum mempunyai anak walaupun telah kawin lebih dari setahun, dan juga orang yang melahirkan tetapi bayinya mati. Kisah seorang  ibu  telah kawin lima tahun tetapi belum juga dikarunia anak. Ia berziarah ke bhuju’ tamonè dan benazar bahwa jika ia melahirkan, tamonè anaknya akan digantung di bawah pohon sambe bhuju’ tamonè. Setahun kemudian Ia melahirkan anak dan memenuhi nazarnya.

Seorang ibu lain juga bercerita bahwa sudah tiga kali ia melahirkan, tetapi anaknya selalu meninggal. Pada kehamilan yang keempat ia bernazar bahwa jika anaknya lahir dengat selamat, Tamonènya akan ia gantungkan di sana. Puteranya lahir dengan selamat dan ia mengandung lagi. Begitu pula beberapa pengakuan penziarah yang lain.

Pengakuan para penziarah itu bahwa berziarah ke bhuju’ tamonè itu hanya sarana, yang menentukan adalah Allah. Ia datang ke bhuju’ tamonè karena ia sangat menginginkan anak sebagai penerus keturunannya.

Penjelasan seorang tokoh setempat mengatakan bahwa yang digantungkan itu adalah pa’empa’ (empat/saudara yang empat) yang keluar bersama bayi. Pa’ empa’ terdiri atas ari-ari, puser, air ketuban, dan darah. Yang kelima adalah bayi itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu ajaran Kejawen yang membahas tentang adanya malaikat pendamping hidup manusia adalah Sedulur Papat Limo Pancer. Pancer adalah tonggak hidup manusia yaitu dirinya sendiri. Diri kita dikelilingi oleh empat makhluk gaib yang tidak kasat mata (metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup kita. Mulai dilahirkan di dunia hingga kita nanti meninggal dunia menuju alam barzakh (alam kelanggengan).

Pa’empa’ itulah yang digantungkan di pohon bersama kembang telon, jarum, silet atau sembilu, garam, kunyit, bumbu dapur, pensil, kertas, dan kadang-kadang kitab suci atau ayat-ayat suci. Benda-benda ini minip dengan benda-benda yang dipakai dalam upacara Toron Tana  (turun tanah) bagi orang Madura. Rupanya pa’empa’ dan bayi itu sendiri diiperlukan hampir serupa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.