Bahasa Madura dan Sektor Usaha

Seorang ibu Madura sedang berdagang

Kadanisman Sastrodiwirdjo 

Tantangan dan Arus Balik

Banyak pihak termasuk tokoh dan pengamat budaya Madura melontar kan kekhawatiran bahwa bahasa Madura akan punah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kekhawatiran ini bukan hal yang mengada-ada, karena fenomena ke arah itu memang semakin nyata. Di sekolah sekolah sejak Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, bahasa Madura hampir-hampir tidak memperoleh perhatian. Kaum terpelajar utamanya mereka yang menuntut ilmu di luar Madura dan para pejabat dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga, banyak yang tidak lagi suka menggunakan bahasa Madura

Penulis sendiri tidak menolak kerisauan para tokoh ini. Kita tidak memungkin kenyataan bahwa orang Madura yang memiliki mobilitas tinggi, akan sangat mudah mengalami assimilasi budaya, utamanya bahasa. Apalagi pada era Jembatan Suramadu ini, persinggungan budaya dengan etnis lain, kian intens. Tak urung lagi, hal ini akan mempercepat proses tergerusnya “bahasa ibu” orang Madura. Namun demikian, penulis tidak terlalu pesimis terhadap masa depan bahasa Madura, karena pada saat ini terlihat munculnya gejala arus balik.

Ada beberapa fenomena yang penulis jadikan tolok ukur untuk mengatakan bahwa perhatian orang Madura terhadap budaya dan terutama bahasa Madura justru semakin meningkat. Ini yang penulis maksud dengan arus balik atau anomali. Sekarang bermunculan buku, baik buku bacaan maupun pelajaran dan majalah berbahasa Madura kendati pun dengan tiras terbatas. Saat ini setidak-tidaknya kita sudah memiliki tiga macam kamus Madura Indonesia yang disusun orang Madura vendus Bahkan Ichih proh lagi STAIN Sunan Ampel Pamekasan melalui tom yang dibentoknya, sedang mengusun terjemahan Al Quran dalam bahasa Madura

Perhatian para Kepala Daerah di Madura terhadap budaya Madura semakin baik. Dua  tahun lalu Pemkab Pamekasan menjadi tuan rumah Kongres Bahasa Madura yang pertama kali. Giliran berikutnya direncanakan Bupati  Sampang yang akan menjadi penyelenggara Kongres Bahasa Madura Kedua.  Pemda-pemda juga giat menyelenggarakan kegiatan budaya, seperti pemilihan Kacong Cebbhing, pekan budaya, promosi budaya Madura di tingkat nasional bahkan sampai ke luar negeri. Beberapa tempat fasilitas umum, diberi nama berbahasa Madura, seperti Monumen Arek Lancor,  yang menjadi landmark Kota Pamekasan, Pasarean Rato Ebhu, Taman Sekarpote dan banyak lagi lainnya Instansi vertikal seperti kepolisian, kantor pajak, PLN, Telkom, instansi kesehatan dan lain-lain banyak membuat seruan-seruan kepada masyarakat menggunakan bahasa Madura.

Media massa juga tidak ketinggalan memberikan sumbangan yang berharga Hampir semua studio radio yang beroperasi di Madura dan stasiun televisi menyediakan program berbahasa Madura Media cetak baik koran harian maupun tabloid rata-rata menyediakan kolom bahas Madura.

Para seniman juga tidak ketinggalan Dulunya hampir dua dekade lagu lagu Madura stagnan Lagu lagu yang dikenal khalayak hanya Olle Ollang, Tondu’ Majang, Pajjhar Lagghu, atau Nyandhang Tresna.  Sekarang bermunculan lagu-lagu Madura yang enak didengar.  Bahkan sekarang muncul musik jenis baru yaitu ul-daul, musik tok tok, musik patrol atau nama lain yang sudah mulai dikenal di pentas nasional. Tani-tarian Madura sudah lama ge international yang dipelopori Pemkab Sumenep.

Yang lebih menggembirakan adalah menguatnya perhatian kalangan perguruan tinggi terhadap budaya dan bahasa Madura Universitas Jember dan Universitas Negeri Surabaya sudah lama memiliki Lembaga Kapan Budaya Madura. Sekarang hampir semua perguruan tinggi yang ada di Madura sama-sama memberikan perhatian terhadap budaya Madura. Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya banyak berbuat untuk budaya Madura. STAIN Sunan Ampel Pamekasan memiliki Pojok Madurologi. Universitas Madurs memiliki Program Studi Bahasa Madura, UIM, Universitas Wiraraja di Sumenep juga memberikan perhatian terhadap Budaya Madura.

Di samping arus balik tersebut, menurut penulis, ada potensi lain yang merupakan benteng terakhir bahasa Madura yaitu pesantren dan kegiatan dakwah Para kiai dan mubaligh dalam bertabligh di pedesaan hampir selalu menggunakan bahasa Madura Tidak berlebihan kiranya kalau penulis mengatakan bahwa selama para santri dalam berkomunikasi dengan Kyai masih menggunakan bahasa Madura, maka selama itu bahasa Madura akan tetap berkibar.

Hanya saja ada hal lain yang memerlukan perhatian kita utamanya para pakar bahasa, yaitu tentang ejaan bahasa Madura. Penulisan katal dalam merk dagang, iklan maupun seruan-seruan dari instansi pemerin tah, banyak yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Madura Ejaan ini belum dikuasai dengan baik oleh para penutur bahasa Madura.

Jiwa Kewirausahaan Orang Madura

Sesudah menelaah bagaimana kondisi bahasa Madura saat ini, selanjutnya kita simak bersama bagaimana posisi bahasa Madura dalam sektor ekonomi. Dalam kaitan ini, lebih dahulu penulis akan menyampaikan informasi yang diperoleh dari sebuah seminar. Seorang pakar narasumber dalam seminar tersebut mengatakan bahwa menurut hasil penelitiannya, di Indonesia ini ada dua suku bangsa yang memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, yaitu orang Minang dan orang Madura. Sebagai bukti, dikemukakannya bahwa hampir tidak ada tempat di Nusantara ini yang tidak ada warung nasi Padang. Demikian halnya dengan orang Madura yang satenya hadir di pelosok Nusantara. Di samping sate, ada beberapa profesi yang dimonopoli orang Madura, seperti juragan besi tua, tukang cukur, jagal dan penjual daging sapi.

Kelebihan wirausahawan Madura adalah keberaniannya menangani komoditas yang tidak diminati orang lain, seperti besi tua, barang barang bekas pakai yang bisa didaur ulang dan yang sejenis dengan itu. Karena itu profesi yang menjadi trademark orang Madura adalah ‘Raja Besi Tua Keahlian orang Madura dalam urusan best tua, tidak ada yang menyaingi.

Informasi di atas menunjukan bahwa orang Madura di samping dikenal sebagai pelaut ulung, ternyata juga adalah wirausahawan tangguh. Di mana-mana orang Madura memiliki peran besar dalam kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Kita barangkali masih ingat bahwa bentrok yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah antara suku Dayak dengan Madura, sumbernya adalah karena kecemburuan yang berpangkal dari kesenjangan ekonomi ini.  Dari beberapa tokoh Kalimantan Barat yang datang ke Madura untuk mengajak saudara mereka orang Madura agar kembali pulang ke Kalimantan Barat, diakui bahwa tanpa orang Madura, kehidupan perekonomian mereka mengalami kemunduran yang serius.

Ada hal menarik  yang berkaitan dengan sukses orang Madura ini, yaitu bahwa orang Madura sama dengan orang India dan Cina, sebagai pengusaha justru sukses kalau berada di luar tumpah darahnya. Memang belum ada penelitian tentang hal ini akan tetapi fenomenanya nampakkan seperti itu, orang-orang Madura justru sukses ketika berusaha di luar Madura

Untuk mengukuhkan statemen tentang jiwa kewirausahaan ini kiranya kita perlu menelisik petatah petitih Madura sebagai kearifan lokal.  Ada beberapa parebhasan atau papareghan yang berkait dengan kewirausahaan ini, antara lain berbunyi mon manceng, mowang bhane,  artinya kalau seseorang ingin jadi pengusaha sukses, dia harus memiliki modal yang memadai. Modal ini bisa uang, bisa pengetahuan atau ketrampilan. Kalau tidak begitu, dia akan dikatakan bherras dumpa ta’ sakabit, dikatakan kepada orang yang gagal berusaha, sampai-sampai modalnya tidak kembali. Ada lagi ungkapan yang berbunyi kalamon terro adhaging kodhu adhagang yang artinya kalau seseorang ingin hidup sejahtera, hendaknya dia mengembangkan perniagaan.  Kalamon terro atana’ kodhu atane yang maksudnya kalau orang ingin menanak nasi, dia harus menanam padi, dalam arti membuka usaha di sektor pertanian, mulai dan budidaya sampai ke agribisnis.

Disalin dari buku: Konye’ Ghunong, Perpektif Budaya dalam Pemerintahan, Dr. Kadanisman Sastrodiwirdjo, M.Sc, Penerbit Universitas madura Pres (2021) hal 7-10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.