Keris Aeng Tongtong, Pamornya Mendunia

keris aeng tongtong Aeng Tongtong, barangkali bagi sejumlah kalangan nama itu sangat asing dan tidak bermakna apa-apa. Tetapi bagi sejumlah orang, khususnya para pecinta barang-barang pusaka sejenis keris atau barang pusaka lainnya, nama Aeng Tongtong akan menjadi catatan tersendiri dan sangatlah familiar.

Aeng Tongtong adalah sebuah nama desa yang terletak di Kecamatan Saronggi Sumenep, nama ini telah mendunia sebagai tempat pembuatan keris terbaik dan konon mengalahkan para empu dari Yogyakarta dan Solo yang selama ini dianggap sebagai pusat budaya.

Kehebatan para pengrajin keris Aeng Tongtong ini, bukan saja terbatas sebatas sebagai aksesoris keris, tapi jauh dari itu konon kualitas kerisnya dapat dijadikan azimat, pengasihan maupun keris yang memiliki pamor tinggi yang telah teruji dalam perjalanannya. Walaupun pengrajin keris bermunculan di sejumlah daerah di kecamatan Bluto dan Saronggi, namun para empu/pengrajin keris dari desa Aeng Tongtong ini tetap menjadi yang is the best sejak jaman kerajaan Singosari sampai saat ini. Konon nama Aeng Tongtong berasal dari aeng (Madura) yang berati air, dan Tongtong (Madura) yang berarti membawa sesuatu dengan cara cara menjinjing

Dalam sejarah perjalanannya, para raja-raja mempercayakan pembuatan keris kepada para empu keris di desa Aeng Tongtong. Karena permintaan pada masa itu sangat banyak, maka para empu menularkan keahliannnya kepada penduduk setempat. Dengan demikian keahlian para pegrajin keris masa itu semakin terampil dan terasah. Para empu yang mendapat warisan keahlian dari pangeran Bukabu telah membuktikan keahlian dan ketrampilan yang mereka miliki tidak lekang di makan jaman.

Sejarah panjang para empu keris di masa penjajahan Belanda pun tak kalah hebatnya. Pada masa itu keris-keris Aeng Tongtong yang bernilai seni tinggi dijadikan cendera mata oleh para pembesar-pembesar Belanda, baik dijadikan oleh-oleh ketika mereka pulang ke Belanda ataupun untuk diberikan sebagai hadiah persahabatan dan juga penghargaan kepada para panglima perang. Hadiah para pembesar kepada para panglima perang pada masa itu dalam konteks penghargaan pada keberanian para panglima perang di medan laga. Keris disimbolkan bermakna tersirat tentang keberanian plus lambang persahabatan. Maka tidaklah mengherankan bahwa pada masa itu nama Aeng Tongtong telah dikenal sangat luas, bukan hanya di negara Belanda tetapi juga Malaysia, Thailand bahkan Amerika.

Produk seni tinggi dan terbaik inilah yang kemudian membuat para pecinta keris berbondong-bondong memesan keris ke para pengrajin di desa Aeng Tongtong. Para pengrajin keris biasanya membuat keris berdasarkaan keinginan konsumen. Biasanya untuk hadiah para pemesan mencari keris hiasan, sedangkan yang dipergunakan secara pribadi baik untuk meningkatkan kewibawaan, azimat keberuntungan dalam berbisnis ataupun mendapatkan jabatan para pemesan mencari keris bertuah. Konon keris bertuah inilah yang sering diburu pemesan dari seluruh nusantara maupun manca negara.

Sampai saat ini hampir 75 – 90 % penduduk Aeng Tongtong berprofesi sebagai pengrajin/mpu keris. Warisan ketrampilan dan keahlan serta karya seni tinggi dari nenek moyang masa lalu telah memberikan warna dan keuntungan finansial yang sangat besar kepada masyarakat desa Aeng Tongtong. Bahkan warisan ini telah mengangkat harhat dan martabat masyarakat Aeng Tongtong lebih tinggi. Karena karya agung, “Keris” memberikan berkah bagi para pengrajin dengan omzet penjualan sekitar 5 sampai 15 juta untuk seorang pengrajin,. Dapatlah dibayangkan perputaran uang dari pengrajin yang mencapai 300 orang, plus pengurangan pengangguran karena setiap pengrajin minimal mempekerjakan 2 pekerja. Sebuah berkah yang sangat luar biasa dari warisan Pangeran Bukabu atau Panembahan Pangeran sang maha guru raja-raja Sumenep.

Pamornya Semakin Mendunia

Hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri, itu kata pribahasa. Barangkali pribahasa ini sangat tepat bagi seorang Jamil, panggilan akrab dari M. Jamil salah satu empu yang telah melakoni hampir 15 tahun berkutat di dunia keris. Berkat kegigihan, keuletan, ketabahan, kesabaran dan jiwa pantang menyerah kini dia mulai memetik hasil, menjadi salah satu empu/pengrajin keris yang cukup handal dan diperhitungkan. Kini bukan saja ia mampu mengangkat martabat keluarga tetapi juga nama desanya yang kesohor sebagai penghasil keris terbaik di dunia. Sebuah penghargaan tinggi yang tak pernah Jamil impikan sebelumnya. Tapi itulah sebuah kenyataan, hasil proses panjang tanpa lelah mempertahankan dan melestarikan warisan leluhur yang adiluhung.

Proses panjang itu diawali sekitar tahun 1995, setelah lulus SMA Jamil luntang lantung kian kemari. Sulit baginya mendapatkan pekerjaan. Ditengah-tengah keputus-asaan akhirnya Jamil memberanikan diri belajar membuat keris. Tentunya sangat mudah baginya magang karena didesanya banyak sekali pengrajin keris yang bersedia membantunya belajar. Semuanya tergantung pada niat, dan dalam proses perjalanannya Jamil merasakan inilah panggilan jiwa yang menyatu dalam dirinya. Jamil merasakan bahwa membuat sebilah keris bukan hanya sebatas pekerjaan yang secara ekonomi memberikan finansial yang cukup, tetapi sebilah keris yang dibuatnya adalah buah ketulusan yang ditempa dari tangannya melalui proses panjang, melakukan tirakat, puasa dan amalan-amalan lainnya.

“Keris-keris yang saya buat berdasakan keinginan pemesan, kalau untuk keris sebatas hiasan tidak membutuhkan waktu yang lama, ‘ ungkap Jamil, “Tetapi untuk keris yang bertuah, yang berisi prosesnya butuh waktu yang lama, biasanya saya melakukan tirakat selama 15 hari, puasa satu minggu dan amalan-amalan lain. Nah, melalui proses itulah kemudian saya mengerjakan pembuatannya. Biasanya secara otomatis keris tersebut langsung berisi atau bertuah. Tapi semuanya juga tergantung lagi kembali kepada sang pemesan, mau diapakan keris tersebut. Ada pemesan yang mempergunakan untuk kewibawaan, lebih merasa aman dan nyaman, pangkat maupun pengasihan ataupun hanya sebatas koleksi karena keris yang kami buat juga bercita rasa tinggi terhadap nilai-nilai seni. Itu bukan kata saya lho, “ pungkas Jamil tertawa, “Buktinya dalam lima kali festifal keris yang saya ikuti beserta teman-teman dari Aeng Tongtong selalu mendapatkan juara. Keris-keris yang kami ikutkan dalam festifal selalu menjadi pusat perhatian dan kekaguman para penggemar keris dari manca negara. “

Kebanggaan Jamil bukanlah sebuah kesombongan semata karena apa yang dikatakan sosok energik ini adalah penilaian para pecinta keris dari Malasyia, Bunai, Thailand, Belanda, Amerika maupun para empu yang berasal dari dalam negeri seperti Solo dan Yogyakarta. Penghargaan dan apresiasi yang tinggi tersebut tentunya adalah hasil produk dari tangan-tangan trampil serta sosk-sosok cerdas yang memadukan cita rasa dan nilai-nilai seni tinggi.(El/Lontar Madura)

Responses (5)

  1. Salam, gimana mau berhubung sama Empu M. Jamil?. Di mana bisa melihat koleksinya?

    1. Salam,
      Langsung saja meluncur ke desa Aeng Tongtong Saronggi,lokasi tempat tinggalnya berbatasan dengan desa Karang Campaka Bluto. Dia cukup dikenal. Selamat berkunjung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.