Oleh Lilik Rosida Irmawati
Tari Sebagai Media Penyambutan
Bentuk kesenian tari barangkali sama tuanya dengan bentuk seni lainnya, dan telah mengalami tahapan evolusi sampai mencapai bentuknya yang sempurna pada masa sekarang..
Konon, sejak jaman dahulu kala tarian dipergunakan oleh para Raja ketika mengadakan penyambutan para tamu agung yang datang berkunjung, baik yang berasal dari kerajaan-kerajaan tetangga ataupun tamu yang datang dari manca negara. Tujuan penyambutan adalah untuk menghibur sekaligus sebagai sebuah upaya diplomasi untuk menghindari pertentangan dan pertikaian.
Karena berada di dalam wilayah kerajaan, Sumenep mempunyai kekayaan seni tari. Baik yang berasal dari kalangan rakyat biasa, ataupun dari lingkungan istana. Dapat dikatakan bahwa seni tari tradisional di setiap daerah mempunyai pola-pola gerakan yang berbeda dan spesifik, begitu pula ragam gerak dari tari tradisional Madura. Gerakan-gerakan yang ada dalam setiap tari tradisional Madura (terutama gerakan jemari/tangan) tak pernah terlepas dari huruf-huruf yang tertera dalam Al-Qur’an, seperti huruf Allahu ataupun Muhammad. Begitu pula dengan batas gerakan-gerakan tangan, tak melebihi batas payudara.
Pada masa sekarang banyak sekali seni tari tradisional telah mengalami kepunahan, diantara-nya ; tari Marning dari Lenteng, tari Theng-There’ dari Rubaru dan tari Duplang. Namun ada seni tari tradisi tetap bertahan sampai saat ini karena telah mengalami berbagai perubahan, salah seorang kreografer handal, memperkaya dengan gerakan-gerakan tari konvensional tanpa kehilangan makna, tarian tersebut adalah tarian Muang Sangkal. Sampai saat ini tari Muang Sangkal menjadi tarian wajib menyambut tamu-tamu yang datang ke Sumenep.