
Menjaga Kearifal Lokal Madura
Kearifan lokal menjadikan media dalam menyusun kebutuhan rohaniyah bagi keberlangsungan hidup masyarakat Madura, dimana ia bermukim. Selain agama (Islam) kearifan lokal menjadi pemicu bertahannya sebuah tradisi yang tetap bertahan dan menjadi pertahanan kekerabatan antar warga Madura. Kearifan lokal kerap diekspresiakan dalam bentuk saloka seperti :
Andhap asor tampaknya menjadi tolok ukur dalam menanamkan etika dan estetika, termasuk didalamnya tentang kesantunan, kesopanan, penghormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya sehingga menjadi raddin atena, bagus tengka gulina (cantik hatinya, baik tingkah lakunya). Untuk membangun kebersamaan dalam saloka diungkap bila cempa, palotan, bila kanca, taretan, (bila beras (kualitas) yaitu ketan, bila teman adalah saudara), hal disimbolkan sebagai bentuk untuk menjaga keutuhan persabatan perlu dijaga: Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng (kalau kamu dicubit sakit, jangan nyubit orang lain)
Saya baru memahami, kenapa setiap lebaran haji dan maulud nabi orang Madura yang ada di rantau selalu ingin pulang. Hal ini juga dialami oleh tetangga saya yang berasal dari Madura