Sesisir Pisang Kiai: Sedikit tentang Kosmologi Madura

Kasus itu tidak bisa tidak harus dibaca dalam konteks sistem nilai, norma, struktur sosial, dan kosmologi Madura. Pertama-tama, sebenarnya menarik juga pertanyaan kenapa tuan rumah itu sampai mengambil pisang kiainya sendiri tanpa sepengetahuannya, satu hal yang pasti dia tahu bahwa itu salah, dan sebenamya sama sekali tak perlu dilakukannya -sebab kiai toh tak menuntut suguhan istimewa, dan salametan toh bisa diselenggarakan dengan sangat sederhana. Tapi jawaban atas pertanyaan itu tampaknya akan terlalu pribadi, sehingga tidak merefleksikan fenomena sosial-budaya masyarakat Madura secara umum. Bagaimanapun, pada hemat saya kasus tersebut mengekspresikan begitu mapannya sistem nilai dan norma yang tersembunyi dalam-dalam di balik kehidupan sosial masyarakat Madura, terutama di kalangan orang awamnya. Karena begitu mapan, sistem nilai dan norma itu terproyeksikan sedemikian rupa ke dalam perilaku sosial, bahkan sampai pada perilaku sosial yang oleh pelakunya sendiri disadari sebagai keliru. Dirumuskan dengan cara lain, sistem nilai dan norma yang begitu mapan dalam masyarakat Madura dapat terefleksi dalam perilaku sosial yang justru menyimpang dan bahkan bertentangan dengan sistem nilai dan norma itu sendiri.

Banyak nilai dan norma yang berkaitan dengan kasus tersebut. Di antaranya yang sangat penting dalam konteks sosial-budaya Madura, khususnya masyarakat desa, adalah penghormatan kepada kiai. Dalam struktur sosial Madura, kiai atau ulama jelas menempati posisi tertinggi, khususnya dalam batas lingkup pengaruh sosial kiai itu sendiri. Sebagai tokoh agama, kiai bukan saja menempati posisi terpenting dalam aktivitas relijius, melainkan juga dalam aktivitas sosial dan kehidupan umum. Di samping merupakan tempat masyarakat bertanya atau berkonsultasi tentang agama, ia adalah juga tempat masyarakat berkonsultasi tentang kehidupan sehari-hari mereka, mulai pertanian, perdagangan, pekerjaan, sampai jodoh. Pendeknya, kiai adalah sentrum aktivitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Maka, lebih dari sekadar dihormati secara relijius, kiai dihormati pula secara sosial. Dengan perannya yang demikian, kiai adalah sosok paling dihormati dalam struktur sosial-budaya Madura.

Struktur sosial ini menyuruk jauh ke dalam kosmologi Madura, terutama masyarakat desa. Bagi mereka, menghormati kiai —sesuai dengan posisi sosio-relijiusnya yang tertinggi— adalah satu tatanan sosial yang akan menjamin tatanan kosmis dan keteraturan hidup secara umum. Sebaliknya, melawan atau membangkang kiai merupakan tindakan yang bukan saja melanggar tatakrama, melainkan juga membahayakan tata kosmis kehidupan mereka, bahkan tata kosmis kehidupan secara umum. Seorang santri yang melawan kiainya dalam bentuk apa apun dipercaya akan palang (tertimpa kemalangan) atau ècapo’ tola (terkena tulah). Dengan demikian, patuh kepada kiai merupakan tuntutan moral kosmologi masyarakat Madura.

Konsekuensinya, kiai adalah sosok yang paling didengar dan diikuti. Ini tidak berarti dalam masyarakat Madura kiai merupakan pusat tunggal orientasi dan kekuatan sosial-budaya (dan politik). Masalahnya adalah begitu banyak kiai dengan lingkup pengaruh sosialnya masing-masing, bailk secara horisontal maupun vertikal. Lebih dan itu, lingkup pengaruh sosial kiai bersinggungan satu sama lain, baik secara horisontal maupun vertikal pula. Jika di sebuah desa terdapat 3 orang kiai lokal dengan lingkup pengaruh sosial yang relatif terbatas di desa itu saja, maka bagi masyarakat desa itu ada 3 pusat orientasi sosial, budaya, dan agama. Orientasi masyarakat desa ini masih harus bersinggungan dengan pengaruh sosial kiai yang lebih luas lingkup pengaruhnya, yang secara struktur sosial dapat dilihat sebagai kiai di atas kiai desa. Nah, sebagian anggota masyarakat desa itu mungkin berorientasi pada seorang kiai desanya, sementara sebagian lainnya berorientasi pada kiai yang memiliki lingkup pengaruh lebih luas dibanding kiai desa itu. Tapi lepas dan persinggungan orientasi sosial terhadap kiai, bagaimanapun kiai tetaplah sosok paling dihormati, paling tidak dalam lingkup pengaruh sosial kiai itu sendiri.

Responses (4)

  1. saya butuh buku itu tolong gimana ya caranya karena ditoko buku tidak ada.. please kasi info

  2. gan saya tertarik sama buku ini, kalau boleh tau buku ini bisa saya dapatkan dimana ya gan ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.