Beberapa contoh bentuk sastra (puisi lisan) Madura:
Gancaran (prosa liris);
Karangan bebas dalam bentuk surat, cerita/dongeng, pidato/sambutan, atau tulisan/penyampaian dengan bahasa yang puitis. Dalam gancaran ini, ada dua bentuk, yaitu gancaran yang menggunakan okara kakanthen, yaitu dalam pengucapannya lebih menekankan dalam tingkat bahasa tinggi dan gancaran yang tidak menggunakan okara kakanthen, biasanya dilakukan dalam bentuk pergaulan sehari-hari.
Lok-alok. Puisi yang diucapkan oleh pembacanya (tokang lok-alok) pada saat menjelang dilaksanakan kerapan sapi atau menjelang pelepasan perahu ketika para nelayan menuju laut.. Tokang lok-alok (deklamator) biasanya orang pilihan yang mempunyai kemampuan lebih ketika tampil di tengah massa, sehingga .lok-alok memberi semangat untuk bertanding. Salah satu contoh lok-alok kerapan sapi:
baja mangken dhung-ondhung are
nemor kara, bentar tonggga’ dhalem aeng
kaula andhi’ bur-leburan dua’
ne’-kene’ cabbi lete’
moga daddi sampornana
ka se nangga’ sareng se nenggu
ka se etangga’ sareng se etenggu
se panglowar e sebut se gambar
se pangdhelem ajajuluk se gambu
dhu tang ana’ se sa pasang
ana’ gambar rembi’ tabungkos
etella’ temmo ceyaran
ngabas are ta’ solap
nedda’ teppong ta’ alampat
adhu kacong buwana ate
tadha’ bunga andhi’ ana’ kantha ba’na
eabas dhari adha’ gaga’
eabas dhari ereng mantereng
akantha arjuna kembar
adhu kacong pola ba’na
atapa pettobelas taon e gunong maraong
salbak macan lopot.
Dalam lok-alok lebih menekankan pada irama dan rima, sehingga makna kata dan bahasanya terbebas. Uniknya Lok-alok diucapkan/dibacakan dengan nuansa teatrikal sehingga kesan yang diterima dominan menciptakan vocal dengan intonasi yang mengesankan sebagaimana pembacaan puisi/declamation. Lok-alok, tampaknya sudah tidak dikenal lagi di masyarakat, mungkin pertimbangan praktis dari masyarakat (modern) atau para pelaksana kerapan sapi telah beralih di tangan pemerintah.
Puisi anak-anak.
Puisi anak-anak (mainan anak-anak – folklore – ) umumnya dalam bentuk lagu atau nyanyian. Syair-syairnya kadang sulit dimengerti, karena sebagaimana puisi Madura lama lazimnya, unsur bunyi lebih kuat tekanannya. Karena kekuatan bunyi itulah, kerap anak-anak kurang memahami maknanya. Karena puisi dicipta sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya, maka puisi-puisi yang ditulis, juga mempunyai kepentingan yang berbeda.