Muatan Lokal Sebagai Alternatif Awal

Muatan lokal kesenian

Oleh Syaf Anton wr

Salah satu dasar yang paling prinsipil untuk mengembalikan bahasa Madura sebagai bahasa kesatuan masyarakat Madura, yaitu melalui media pendidikan. Media pendidikan merupakan embrio yang signifikan dalam memperhatikan kekuatan bahasa Madura, karena dari sini generasi muda minimal dapat diingatkan kembali, setelah bahasa mereka diluar menggunakan bahasa pergaulan, sedang dalam lingkup keluarga telah terpatron dengan menggunakan bahasa Indonesia.

 

Muatan Lokal Sebagai Alternatif Awal

Pada hakikatnya, belajar bahasa Madura adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Madura diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Madura.

Sebagai bahasa daerah, bahasa Madura memiliki peran dan fungsi sebagai;

  • lambang kebanggaan masyarakat Madura,
  • lambang indentitas masyarakat Madura
  • alat penghubung dalam keluarga, musyawarah masyarakat, dan
  • pembentuk etika dan estetika dalam pergaulan.

Oleh karena itu peran dan fungsi bahasa Madura sangat penting dan strategis dalam proses kehidupan bermasyarakat.

“Bahasa Madura merupakan representasi dan manifestasi budaya Madura, dalam sistem kehidupan, sistem kreativitas akal budi, etika dan estetika. Jadi bahasa Madura pada dasarnya sebagai  media komunikasi, yang didalamnya banyak terkandung nilai-nilai budaya Madura”

Jadi, bahasa Madura merupakan gambaran dan bentukan dari budaya Madura, baik merupakan gambaran sistem pengetahuannya maupun gambaran tingkah laku, moral atau estetika umumnya masyarakat Madura.

 “Pengajaran bahasa yang baik adalah usaha sadar, sengaja, dan berencana untuk mengubah kondisi awal siswa menjadi kondisi lain yang bercirikan siswa mahir berbahasa secara kreatif, aktual, kongkrit, dan cermat dengan menggunakan bahasa yang baik, santun dan simpatik menurut tuntutan sosiokultural, dan berbahasa benar, tepat, dan padat sesuai dengan ketentuan gramatikal. Siswa yang berhasil berpengajaran bahasa adalah mereka yang dapat berkomunikasi efektif, lancar, dan wajar, serta berinteraksi verbal, tertib, dan benar secara gramatikal, baik pada saat berbicara dan menulis, maupun pada peristiwa menyimak dan membaca.”( Yudibrata (1989; 1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.