Rokat Pamengkang; Harmonisasi Ajaran Islam dengan Tradisi Masyarakat Madura

Tana Pamengkang di sebuah rumah tradisi Madura

Madura yang memiliki segudang tradisi dan masih memegang teguh ajaran serta nilai-nilai agamanya (agama Islam) tidak pernah mengesampingkan antara keduanya. Agama dan tradisi selalu dapat dikompromikan dalam rangka sebuah acara adat sekaligus menjadi tradisi luhur yang secara turun-temurun masih eksis dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Madura. Sebut saja tradisi rokat rumah atau disebut dengan ‘bhendhem konthong’ dan rokat pakarangan, ada pula yang menyebutnya dengan “rokat pamengkang”.

Sebagaimana tradisi masyarakat  umumnya, masyarakat Madura pun memiliki ragam tradisi yang secara turun temurun dilakukan oleh generasinya. Salah satunya yaitu tradisi Rokat Pamengkang atau kerap di sebut Rokat Pakarangan, yakni rokat atau selamatan agar tanah di sekeliling rumah  menjadi berkah.

Rokat pamengkang merupakan tradisi masyarakat Madura yang dilaksanakan setiap memasuki bulan baru hijriah. Masyarakat Madura menyebutnya bulan Sora (Muharram atau Suro). Rokat pamengkang merupakan sebuah ritual yang memadukan antara tradisi dan agama

Hal yang menarik, dalam kehidupan masyarakat Madura, tradisi dan agama menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebagai wilayah yang mayoritas masyarakat muslim itu setiap kegiatan keislaman selalu memasukkan unsur tradisi di dalamnya.

Memang Madura yang memiliki kekayaan tradisi dan memegang teguh doktrin-doktrin agamanya (baca: Islam) tidak pernah mengesampingkan keduanya. Agama dan tradisi selalu dapat dikonpromikan tanpa ada konfrontasi antara keduanya. Salah satu contohnya adalah rokat pamengkang.

Rokat pamengkang adalah tradisi masyarakat Madura yang dilaksanakan setiap memasuki bulan baru hijriah, masyarakat Madura menyebutnya bulan Sora (Muharam). Rokat pamengkang merupakan sebuah ritual yang memadukan antara tradisi dan ajaran Islam.

Untuk diketahui,  setiap orang ataupun keluarga di Madura memiliki tanah pekarangan, termasuk di dalamnya yang kemudian dikenal dengan rumah tanèyan lanjhâng, . Mereka lazim menyebutnya “tana pamengkang” yang diwarisi dari para leluhurnya. Perlu diketahui bahwa tana pamengkang itu adalah tanah yang di atasnya di bangun rumah.

Tana pamengkang  yakni tanah yang terdapat di sekeliling rumah bagi masyarakat Madura, sebagai warisan para leluhurnya adalah anugerah terbesar yang dilimpahkan Tuhan kepadanya. Maka, tanah tersebut harus dirokat (diselamati) sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan sebagai bentuk terima kasih kepada para leluhur, tentu dengan ritual yang khas.

Jadi setiap orang atau keluarga yang memiliki tana pamengkang harus mengadakan rokat pamengkang, karena jika tidak, berarti dia tidak mensyukuri karunia Tuhan dan akan terkena bala atau bencana dan tanah pekarangan yang ditempati tidak akan berkah. Semacam terkena kutukan para leluhur gitu lah.

Karena bagi masyarakat Madura, tanah warisan leluhur itu sakral, sesakral perintah-perintah agama itu sendiri,

Prosesi dalam pelaksanaan rokat pamengkang sebenarnya tidak beda dengan pelaksanaan selamatan pada umumnya, yakni pembacaan  surat Yasin, dzikir dan doa, dengan menghadir sanak famili dan tetangga,

Namun sebelumnya ada syarat yang menjadi kelaziman yang juga menjadi ritual yakni saat menyembelih ayam (harus ayam kampung)  untuk hidangan para tamu terundang maupun ter-ater (hantaran) dilakukan di halaman rumah. Sedangkan darah dan bulu ayam tersebut harus dikubur bersama dalam lubang yang digali di tana pamengkang.

Rumah dan pekarangan merupakan sebuah anugerah Allah SWT sebagai bentuk taburan rezeki kepada para penghuni bumi ini, serta sebagai salah satu warisan para leluhur. Tentu, hal tersebut menjadi kewajiban atas pemiliknya untuk bersyukur dengan cara bersedekah, seperti halnya melaksanakan ritual adat masyarakat Madura. Hal yang bersifat sakral seakan sudah melekat antara tradisi dan agama, serta menjadi nilai kultur tersendiri bagi masyarakatnya. Seolah tradisi itu adalah anjuran agama. Mereka beranggapan jika tanah pekarangan itu tidak dilakukan ritual rokat akan terkena bala bencana atau hal-hal negatif lainnya dari yang memberikan tanah warisan tersebut.

Rokat pakarangan itu merupakan bentuk rasa syukur kita sebagai anak atau keturunan pewaris lahan atau pekarangan dari kakek buyut kita. Sebagai bentuk rasa syukur itu, maka kemudian kita menggelar selamatan atau rokatan.

Makna filosofis yang terkandung dalam penyembelihan ayam kampung hingga penguburan darah dan bulu di halaman rumah adalah bentuk penguburan bala, mara bahaya dan pemusnahan segala bentuk kejahatan dari muka bumi, khususnya dari tana pamengkang. Dalam Islam, ini masyhur dengan istilah tafa’ulan, yaitu berharap kebaikan dan keberkahan selalu menyertainya dan tana pamengkangnya.

Harmonisasi Ajaran Islam dengan Tradisi Masyarakat Madura

Tradisi rokat mengkang adalah salah satu bentuk perkawinan dan harmonisasi antara ajaran Islam yang berupa tasyakuran, membaca Alquran dan berdoa memohon keselamatan dengan warisan tradisi ajaran para leluhur yang berupa penyembelihan ayam kampung, penguburan darah dan bulu-bulunya di tana pamengkang (baca: pekarangan rumah), dan hal ini konon adalah tradisi masyarakat Madura pada masa Hindu-Budha.

Rokat pamengkang sampai hari ini terus dirawat, dilestarikan dan istikamah diajarkan kepada para generasi Madura sebagai ikhtiar merawat Islam dan tradisi. Karena bagaimanapun, Islam tak dapat dipisahkan dari tradisi mengingat kedatangan Islam dan tersebarnya hingga ke seluruh pelosok Madura, tidak lantas menghapus dan meluluh lantakkan kearifan lokal masyarakat setempat.

Islam datang dengan ramah, mengakomodasi kearifan lokal dan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalamnya, sehingga Islam mudah diterima dan hari ini menjadi agama resmi masyarakat Madura.

Rokat pamengkang menjadi keindahan dan keberkahan tersendiri bagi saya dan masyarakat Madura lainnya. Di samping karena sebagai bentuk menunaikan ajaran Islam dan merawat tradisi, kita juga bisa makan gratis nyaris setiap hari di saat masyarakat yang lain ramai dan teriak-teriak harga kebutuhan pokok naik. (Lontar Madura, ari beberapa sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.