Ramuan Jhâmo Bagi Wanita Madhurâ

Bahan dasar jamu

Oleh Mien A. Rifai

Kisah keberhasilan ibu Bangsacara menyembuhkan penyakit kulit amat menjijikkan yang diderita Ragapadmi sekitar abad IX ketika di zaman kuno Madura masih berdiri kerajaan Widarba, menyiratkan panjangnya akar sejarah keampuhan ramuan jamu Madura dan keakraban rakyat banyak dalam memanfaatkannya. Pada pihak lain, keadaan tanah berkapur tidak subur yang didera corak iklim sangat kering telah menyebabkan lingkungan Madura amatlah gersangnya sehingga alamnya hanya mampu mendukung terbentuknya vegetasi berflora miskin untuk bisa menyediakan pasokan jenis tumbuhan obat yang beraneka ragam dan variatif.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika lebih dari seabad yang lalu Vorderman (1900) sudah mengamati banyaknya simplisia impor yang tersedia di toko-toko obat Madura untuk dipakai dalam meramu jamu yang dibutuhkan masyarakatnya. Di kalangan para pengamat dan pemerhati tumbuhan obat memang sudah lama diketahui bahwa ramuan jamu Madura itu disusun oleh bahan-bahan baku yang didatangkan dari hutan-hutan yang terhampar jauh di luar pulau.

Baca juga: Kesehatan: Jamu Ramuan Madura

Seperti halnya dengan jamu tradisional dari daerah lain, bagian terbesar peminum jamu di Madura adalah para wanita. Tempo doeloe gadis Madura yang baru berumur empat atau lima tahun sudah diperkenalkan pada jamu. Karena sejak muda sekali remaja putri tadi diajari menikmati minum ramuan tradisional seperti beras kencur dan jhâmo sènnam, sesudah dewasa mereka lalu menjadi terbiasa pada jamu.

Sekurangkurangnya pada masa belianya, bagi seorang gadis Madura yang baru mengalami datang bulan pertama kali sudah tersedia jamu khusus, yang tujuannya ‘disamarkan’ dengan mengatakan bahwa jamu yang diminumnya akan menambah pesona mereka. Pada beberapa keluarga bangsawan, dulu memang diadatkan bahwa pada saat menstruasi pertamanya seorang gadis Madura akan diperlakukan sebagai calon pengantin. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap gadis yang menginjak penanda kedewasaan itu untuk menjalani suatu upacara, yang antara lain melibatkan peluluran sekujur tubuh dan pemijatan badannya.

Saat pelaksanaan upacara itu mereka dijaga betul agar tidak sampai menginjak tahi ayam, kotoran sapi, dan sampah lain sebangsanya, katanya agar organ kewanitaannya tidak menjadi berbau saat mereka tumbuh dewasa. Sebenarnya jamu yang diminumkan pada gadis remaja berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit sewaktu mengalami datang bulan pertamanya, serta juga berkhasiat menambah darah yang hilang (Handayani & Sukimo 2000).

Baca juga: Ramuan Madura Khusus Bagi Perempuan

Lebih besarnya jumlah wanita peminum jamu dibandingkan dengan prianya terkait erat dengan kenyataan bahwa ketersohoran ramuan Madura bertumpu pada upaya untuk merawat kesehatan organ reproduksi perempuan yang dihubungkan dengan fungsi seksualnya. Sehubungan dengan itu, jamu rapat, jamu penyakit keputihan, dan jamu-jamu yang dipercaya berkhasiat dalam menjamin keharmonisan kehidupan pasangan suami-istri memang selalu ditonjolkan dalam buku, artikel, dan tulisan lain tentang ramuan jamu Madura.

Terkait dengan itu ramuan jamu Madura pun diyakini mampu menjaga penampilan tubuh untuk tetap awet muda sehingga pemanfaatannya untuk kosmetik juga tidak kurang pentingnya. Sebenarnya harus diakui bahwa tersedia juga resep jamu Madura untuk mengatasi pelbagai macam penyakit lainnya dalam jumlah yang besar. Akan tetapi jarang orang mau meliriknya sebab banyaknya saingan yang sudah ditawarkan oleh jamu dari daerah lain, dan karena lebih meyakinkannya kemanjuran obat paten buatan pabrik modern.

Baca juga: Cewek, Ramuan Madura dan Kopi Tahlilan

Berdasarkan penelitian intensif yang melibatkan secuplikan perwakilan ibu-ibu dari seluruh Madura, Handayani & Sukirno (2000) memaparkan tradisi dan praktik pemanfaatan jamu sari rapat dan keputihan di kalangan masyarakat Madura. Karena dari kecil selalu diperingatkan oleh orang tuanya agar tidak lupa minum jamu, para gadis Madura biasanya menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membeli jamu dan perawat kecantikan tradisional lainnya.

Kebiasaan ini terkadang menyebabkan ada orang Madura yang bersikap ekstrem sekali, sampai mengatakan lebih baik tidak makan daripada tidak minum jamu. Dulu banyak di antara mereka yang mahir menyiapkan jamu sendiri, dan mengetahui resep jamu yang diperlukannya. Sayangnya akhir-akhir ini kemampuan tersebut jauh berkurang dibandingkan dengan ibu-ibu mereka sebelumnya.

Untungnya sekarang banyak penjual jamu keliling, ada industri jamu dari yang berskala rumah tangga sampai pabrik, dan juga depot yang menyediakan jamu khusus yang dipersiapkan dalam bentuk berupa dodol atau serbuk untuk diseduh dengan air panas dicampur dengan madu, cuka siwalan, kuning telur, dan jeruk nipis.

Selama pemingitannya seorang calon pengantin wanita diharuskan minum berbagai macam jamu, yang selain untuk menjaga kebugaran sehingga kuat duduk berlama-lama di pelaminan juga dimaksudkan pula buat membernaskan dan mengencangkan tubuh mereka.

Sebagai persiapan memasuki malam pengantinnya, jamu yang diminumkan terutama adalah jhâmo anga’ dan jhâmo bângkès yang bertujuan menyegarkan dan menghangatkan atau menggairahkan badan. Sesuai dengan tradisi Madura, sesudah hari perkawinannya pengantin baru memang perlu terus minum jamu yang terdiri atas daun sirih, kunci, daun kemangi, temu lawak, temu ireng, dan daun kemangi. Akan tetapi yang terpenting adalah keharusan bagi para istri untuk meminum ramuan jamu Madura secara rutin pada hari Senin dan Kamis.

Kebiasaan ini sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa pasangan yang melakukan hubungan suami istri pada hari Senin dan Kemis malam, selain merasakan kenikmatan jasmani, juga masih dijanjikan kepuasan rohani dengan mendapat pahala surgawi. Kegiatan tersebut diibaratkan sama dengan membunuh 1000 setan iblis atau 41 orang kafir. Untuk itu dianjurkan agar untuk keperluan hari-hari tersebut seorang istri memersiapkan diri sebaikbaiknya dengan mandi, bermangir, dan berlulur serta memakai wangi-wangian yang disenangi suaminya.

Tempat tidurnya supaya ditebari bunga melati dan dupa dibakar di dekatnya guna menyemarakkan keromantisan suasana ranjang dan kamar tidurnya. Perlu pula diketahui bahwa selain ramuan jamu Madura yang biasa diminum para ibu, ada juga jenis jamu lain yang terkenal dengan nama jhâmo empot-empot yang kerjanya jauh lebih hebat, yang disukai oleh wanita nakal dan para pelacur untuk kepuasan pelanggannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.