Trunojoyo Tertangkap dan Dihukum Mati

Trunojoyo memproklamirkan diri sebagai raja Madura yang sejajar dengan penguasa Mataram.

Mangkatnya Amangkurat I dalam pelarian membuat Pangeran Adipati Anom semakin panik. Ia kemudian meminta bantuan kepada VOC untuk membasmi perlawanan Trunojoyo. Belanda, yang diwakili oleh Cornelis Speelman dalam perjanjian di Jepara pada akhir 1677, bersedia membantu namun dengan syarat yang tidak ringan.

Speelman akan mengerahkan pasukannya menghadapi Trunojoyo, juga mengakui Adipati Anom sebagai raja dengan gelar Amangkurat II, tapi Mataram harus menyetujui beberapa persyaratannya, seperti dikutip dari buku Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak karya Budiono Herusatoto (2008:76).

Pertama, biaya perang untuk menghadapi Trunojoyo harus ditanggung Mataram. Kedua, semua pelabuhan milik Mataram di pesisir utara, dari Karawang sampai ujung Jawa paling timur digadaikan kepada VOC dan akan dikembalikan setelah Mataram melunasi utangnya.

Syarat ketiga, seluruh wilayah Mataram antara sebelah barat Sungai Pamanukan hingga pesisir selatan diserahkan kepada VOC. Keempat, VOC diberi hak monopoli untuk perdagangan kain dari India dan Persia, serta beras di seluruh wilayah Mataram. Kelima, VOC diperbolehkan menempatkan pasukannya di ibukota Mataram.

Pangeran Adipati Anom alias Amangkurat II setuju. Setelah itu, dengan bantuan utang dari VOC, ia membangun kerajaan baru di Kartasura, dekat Solo, untuk menggantikan kraton di Plered yang telah dikuasai dan dihancurkan oleh Trunojoyo.

Di saat yang sama, Speelman menunjuk Kapitan Jonker memimpin penyerbuan terhadap Trunojoyo. VOC dibantu oleh pasukan Arung Palakka, pangeran Bone yang pernah melawan Kesultanan Makassar. Arung Palakka pun akan berhadapan dengan pendukung setia Sultan Hasanuddin, Karaeng Galesong.

VOC menggerakkan 5 kapal perang dari Batavia yang berangkat bersama pasukan Arung Palakka, ditambah pasukan kompeni dari Semarang, dan bergabung dengan ribuan prajurit Mataram yang menanti di Jepara, untuk menyerbu Trunojoyo yang kini bertahan di Surabaya.

Terjadilah rangkaian pertempuran di kawasan tengah dan timur Jawa. Armada besar Belanda membuat pasukan Trunojoyo kewalahan dan terpaksa mundur ke Kediri namun terus saja didesak oleh musuh. VOC dan sekutunya bahkan mengalahkan prajurit cadangan Trunojoyo di Madura.

Trunojoyo sempat lolos dari kejaran dengan menjelajahi lereng Gunung Kelud (Sartono Kartodirjo, Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme, 1973: 22). Namun, pasukan musuh terus mengejarnya dan akhirnya Trunojoyo tertangkap pada penghujung tahun 1679. VOC kemudian membawanya ke hadapan Amangkurat II.

Amangkurat II memutuskan bahwa Trunojoyo harus dihukum mati. Tanggal 2 Januari 1680, eksekusi dilakukan langsung oleh sang raja baru. Sebelum mencabut kerisnya, Amangkurat II berkata, ”Aku ampuni kamu dan mengangkatmu sebagai Adipati Madura.”

Trunojoyo tewas di tangan mantan putra mahkota Mataram yang dulu pernah menjanjikan wilayah Madura untuknya. Amangkurat II telah memenuhi janjinya kendati sudah tidak berarti apa-apa lagi bagi pemimpin rakyat Madura itu.

Tulisan bersambung

  1. Perlawanan Trunojoyo Terhadap Mataram
  2. Trunojoyo Merebut Istana Mataram
  3. Trunojoyo Tertangkap dan Dihukum Mati

______
Ditulis: Iswara N Raditya/Editor: Nurul Qomariyah Pramisti/judul asli: “Aksi Trunojoyo Melawan Mataram dan Dihukum Mati”/sumber: https://tirto.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.