Perbincangan Kritis Atas Tradisi Carok

Ainur Rahman Hidayat

Ilustrasi

Carok oleh masyarakat Madura dianggap semata-mata sebagai urusan lakilaki, bukan urusan perempuan. Karena memang semua pelaku carok adalah lakilaki, sehingga pembunuhan yang dilakukan terhadap perempuan tidak akan disebut sebagai carok, tetapi sebagai pembunuhan biasa atau mate’e oreng.

Ungkapan yang berbunyi: “Oreng lake’ mate acarok, oreng bine’ mate arembi’” (laki-laki mati karena carok, perempuan mat

i karena melahirkan) semakin mempertegas anggapan tersebut. Ungkapan ini mengindikasikan bahwa orang Madura memaknai carok sebagai sesuatu hal yang mempunyai kesamaan dengan melahirkan, karena keduanya sama-sama mengandung resiko kematian. Bagi orang Madura sudah pada tempatnya jika seorang laki-laki mati terbunuh dalam

peristiwa carok. Begitu pula dengan orang perempuan, sudah pada tempatnya jika mati ketika melahirkan anak (Latief Wiyata, 2002: 177).

Kesamaan makna antara carok dan melahirkan dilihat dari segi resikonya memang tidak dapat diingkari. Tetapi apabila dilihat dari konsep gender, penyamaan makna kedua hal itu sangat tidak tepat. Sebab melahirkan sudah merupakan kodrat kaum perempuan, yang berlaku secara universal. Sedangkan “kewajiban” laki-laki melakukan carok hanyalah merupakan manifestasi dari suatu realitas sosial-budaya masyarakat Madura, yang telah diterima dan menjadi kesepakatan umum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.