Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Perbincangan Kritis Atas Tradisi Carok

▲ Menuju 🏛 Home ► Tradisi Madura ► Perbincangan Kritis Atas Tradisi Carok

Ditayangkan: 16-12-2011 | dibaca : 3,972 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Ainur Rahman Hidayat

Ilustrasi

Carok oleh masyarakat Madura dianggap semata-mata sebagai urusan lakilaki, bukan urusan perempuan. Karena memang semua pelaku carok adalah lakilaki, sehingga pembunuhan yang dilakukan terhadap perempuan tidak akan disebut sebagai carok, tetapi sebagai pembunuhan biasa atau mate’e oreng.

Ungkapan yang berbunyi: “Oreng lake’ mate acarok, oreng bine’ mate arembi’” (laki-laki mati karena carok, perempuan mat

i karena melahirkan) semakin mempertegas anggapan tersebut. Ungkapan ini mengindikasikan bahwa orang Madura memaknai carok sebagai sesuatu hal yang mempunyai kesamaan dengan melahirkan, karena keduanya sama-sama mengandung resiko kematian. Bagi orang Madura sudah pada tempatnya jika seorang laki-laki mati terbunuh dalam

peristiwa carok. Begitu pula dengan orang perempuan, sudah pada tempatnya jika mati ketika melahirkan anak (Latief Wiyata, 2002: 177).

Kesamaan makna antara carok dan melahirkan dilihat dari segi resikonya memang tidak dapat diingkari. Tetapi apabila dilihat dari konsep gender, penyamaan makna kedua hal itu sangat tidak tepat. Sebab melahirkan sudah merupakan kodrat kaum perempuan, yang berlaku secara universal. Sedangkan “kewajiban” laki-laki melakukan carok hanyalah merupakan manifestasi dari suatu realitas sosial-budaya masyarakat Madura, yang telah diterima dan menjadi kesepakatan umum.

Pages: 1 2 3 4

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Bahasa Madura dan Dunia Santri: Negosiasi yang Belum Selesai
      📚 Sastra Madura
    • Saronen, Musik Pencipta Suasana Hangat dan Gembira
      📚 Tradisi Madura
    • kesenian-tradisiDengan Kesenian Mengembalikan Fantasi Madura
      📚 Sejarah Madura
    • Nilai Kesopanan dan Kehormatan Bagi Orang Madura
      📚 Budaya Madura
    • Rokat Tase’ Bentuk Syukur kepada Tuhan
      📚 Peristiwa Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close