Pemetaan Basis Kesenian Tradisi Madura

Oleh Lukman Hakim AG.*

Topeng Dalang seni tradisi Madura yang merakyat
Topeng Dalang seni tradisi Madura yang merakyat

Suatu daerah memiliki identitas dan kekhasan tersendiri. Identitas itu terwujud dalam berbagai bentuk, corak dan warna. Salah satu identitas itu adalah hasil kreasi manusia yang mendiami suatu daerah itu, seperti kesenian.

Sumenep merupakan kabupaten yang kaya produk seni. Itu tersebar di berbagai pelosok kecamatan hingga ke daerah kepulauan. Dan dari berbagai pelosok di kabupaten paling timur di Madura ini memiliki basis kesenian tradisi tersendiri.

Sekadar menyebut contoh, kesenian tradisi yang dapat dikembangkan di beberapa kecamatan misalnya, di kecamatan Dasuk dapat mengembangkan kesenian topeng karena di daerah yang memiliki Pantai Slopeng itu, topeng lebih dikenal kesenian topeng-nya meskipun masih banyak kesenian lain yang dapat dikembangkan.

Di daerah Batang-Batang dapat mengembangkan kesenian ojung. Ojung dapat dikembangkan sebagai bagian dari kesenian pada nilai seninya, bukan pada aspek kekerasannya. Dan untuk kecamatan Batu Putih, saronen dapat dikembangkan sebagai identitas kesenian di kecamatan pantai utara itu. Sementara di daerah Saronggi, di sana ada kesenian Cahe.

Ini sekedar contoh, untuk daerah lainnya tentu lebih banyak lagi yang dapat dilestarikan dan dikembangkan sebagai identitas daerah. Namun, di tengah gempuran globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin menuntut manusia untuk berkompetisi, kesenian tradisi semakin mengundang kekhawatiran yang cukup serius.

Itu terjadi karena kesenian tradisi kehidupannya semakin terhimpit, semakin surut dan mulai ditinggalkan masyarakatnya, terutama generasi muda. Jika itu dibiarkan, tidak menutup kemungkinan suatu saat kesenian tradisi hanya akan menjadi pelengkap sejarah bahwa di suatu daerah tertentu “pernah ada” dan kini sudah tiada. Namun tidak serta merta generasi muda dijadikan korban yang harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kesenian tradisi.

Jika pelaku seni tradisi tetap “berpegang teguh” pada pola lama dan tidak mulai berbenah untuk memenuhi perkembangan jaman maka bersiaplah untuk “pentas sepi” dan gulung tikar karena ditinggalkan masyarakatnya.

Mengapa anak-anak sekarang lebih suka memakai pakaian ala Spiderman daripada memakai Topeng? La, ini salah satu akibatnya. Hal ini bisa disiasati hanya dengan melakukan inovasi terhadap garapan kesenian tanpa menghilangkan esensi nilai dan pesan seni yang terkandung di dalamnya.

Untuk itu, sangat penting dilakukan regenerasi kepada generasi penerus. Memperkenalkan kesenian kepada masyarakat luas, tidak hanya “dimiliki” dan diperankan oleh keluarga besar. Ini bisa dilakukan dengan cara bekerja sama dengan UPT. Dinas Pendidikan di masing-masing kecamatan. Sasarannya, anak didik di setiap lembaga pendidikan sejak dari Taman Kanak-Kanak (TK) dan sebagai pembina/intrukturnya UPT. Dinas pendidikan dapat mengundang tokoh seni (seniman) di masing-masing daerah sesuai dengan kapasitasnya.

Atau dengan jalan membentuk komunitas/sanggar binaan untuk anak-anak, meskipun anak-anak yang akan terlibat itu tidak mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Itu dilakukan untuk menepis anggapan bahwa kesenian tradisi hanya “milik orang tua”.

Berangkat dari anggapan miring itu, jika yang tua sudah mulai tanggal, lalu siapa yang akan meneruskan, jika bukan generasi selanjutnya? Apakah kesenian tradisi hanya sampai pada titik ini dan cucup untuk dikenang karena sudah menggudangkan segala perlengkapan dan propertinya?

Maka dari itu kematian kesenian tradisi bukan semata karena kesalahan generasi muda karena ketidakterlibatan generasi muda dalam kesenian tradisi memiliki alasan sendiri. Lasannya, karena merka tidak tahu –dan tidak diberi tahu. Untuk itu, perlu kiranya memperkenalkan nilai-nilai, sejarah, dan masksud yang terkandung di dalam kesenin tradisi sedini mungkin kepada anak-anak.

Sebagai tempat proses dan latihan yang merupakan bagian dari regenerasi kepada anak didik lembaga pendidikan bisa dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pemerintahan desa di masing-masing daerah yang bersangkutan.

Balai desa bisa dimaksimalkan fungsi dan peruntukannya, ditempati latihan. Karena seperti yang diketahui pada umumnya balai desa hanya dimanfaatkan untuk kantor pemerintahan desa saja. Padahal jika cermat, kantor pemerintahan di tingkat desa ini bisa dijadikan lebih banyak fungsinya, salah satunya bisa dimanfaatkan sebagai tempat pembianaan kesenian bagi warganya.

Kemudian, yang sering terlupakan bagi teman-teman pelaku kesenian tradisi adalah pentingnya keberadaan media massa. Menggandeng atau bekerja sama dengan media sebagai bagian dari publikasi setiap gerak kesenian dan kebudayaan menjadi suatu keharusan.

Ini dilakukan agar gerak dan proses kesenian tidak hanya berdengung di komunitasnya, melainkan bisa dinikmati oleh masyarakat luas di luar komunitanya sendiri. (bersambung: Keberadaan Kesenian, Peran Pemerintah Penting)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.