dengan ikhtiar penyadaran bahwa Pamekasan kota berbudaya. Era digital yang kian banyak memberikan efisiensi dalam kebutuhan sehari-hari para penggunanya, setidaknya dapat memicu ide kreatif dalam memperkenalkan pariwisata di Pamekasan.
Tindak lanjut mengenai tiga langkah tersebut, penulis sebelumnya telah mengadakan pertemuan dengan ketua osis beserta wakilnya dari dua lembaga OSIS SMAN yang ada di Pamekasan. Pertemuan bersifat sharing, yakni menyampaikan gagasan pemakaian odheng ini kepada mereka, dengan tujuan ingin mengetahui tanggapan/respon dari perwakilan OSIS tersebut. Hasilnya positif, mereka turut senang dan juga ingin berpartisipasi dalam rangka penyadaran pakaian adat Madura di tingkat sekolah. Seperti penuturan Imron (Ketua OSIS, 16 Tahun):
“Sebenarnya bagus itu mas. Ya hitung-hitung biar OSIS punya peranan lebih dari sekadan pelaksana lomba-lomba di sekolah. Tapi memang nanti beratnya di mau tidaknya anak-anak di sekolah makainya odheng itu, ya tau sendiri kan mas kalau anak sekarang lebih suka dengan pakaian yang gaul-gaul gitu”. (wawancara 11 September 2016, pukul 08.00 WIB).
Fahri (Ketua OSIS, 16 Tahun), juga menuturkan:
“Bisa saja sih mas pakai odheng di sekolah nanti, tapi mungkin pasti ada pro-kontra dari para guru. Kalau dari guru kesenian pasti senang, tapi untuk guru lainnya itu yang saya kurang tau responnya gimana. Tapi yang jelas, saya setuju dengan pemakaian odheng itu, istilahnya biar OSIS punya peranan lebih sebagai salah satu perwakilan siswa di sekolah”. (wawancara 11 September 2016, pukul 08.00 WIB).
Penerapan pemakaian odheng di tingkah sekolah adalah salah usaha dalam menganjak masyarakat khususnya kalangan muda untuk berperan aktif dalam memajukan pariwisata di Pamekasan. Ndraha (1990:104) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan mitra atau agen yang turut berperan serta secara aktif dalam penyusunan maupun implementasi sebuah rencana, karena disadari atau tidak, stakeholder terbesar dalam mengimplementasikan sebuah rencana adalah masyarakat. Pemangku kebijakan ataupun pemilik modal dalam mengembangkan sebuah destinasi wisata, tanpa ada peranan masyarakat, maka destinasi wisata tersebut tidak sampai dikenal secara luas.
Pemakaian Odheng: Corong Pengembangan Pariwisata Lainnya
Pemakaian odheng merupakan gerakan awal implementasi pengembangan wisata berbasis budaya di Pamekasan, artinya pemakaian odheng tersebut menjadi motor penggerak dalam mengembangkan model wisata berbasis budaya lainnya. Secara fundamental, pemakaian odheng berperan dalam membangun euforia dari dalam, yakni mengajak masyarakat Pamekasan untuk merasa nyaman, tertarik, dan gembira saat melihat pakaian adat Madura dipergunakan dalam waktu yang intensif, sehingga ketika euforia itu sudah terbangun, maka secara tidak langsung masyarakat Pamekasan akan semakin percaya diri untuk memperkenalkan kebiasaan memakai odheng sebagai salah satu wisata budaya di Pamekasan. Untuk itu, menjadi hal yang wajar nantinya, ketika kunjungan wisatawan didasarkan atas keingintahuan dan studi mengenai kebudayaan Madura melalui kebiasaan memakai odheng masyarakat Pamekasan.
Senada dengan hal tersebut, Pitana dan Gayatri (2005:64) menjelaskan bahwa setiap daerah memiliki citra wisatanya tersendiri, yang didalamnya mengandung keyakinan, kesan dan persepsi. Salah satu alasan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata, adalah ingin mengetahui, mempelajari, memahami serta mendapatkan pengalaman yang tidak ada di daerah