Sebuah Tinjauan Perilaku Ekonomi
oleh Drs.Ec. H. Eddy Juwono Slamet, M.A.
Pendahuluan
Sudah sejak lama Madura telah menjadi pembicaraan masyarakat, sekalipun pulau yang satu ini tidak besar akan tetapi penduduknya mempunyai kepribadian yang khas dan menarik untuk dibicarakan. Bila bepergian di seantero kepulauan di Indonesia hampir dapat dipastikan kita akan bertemu dengan orang yang berasal dari Madura.
Sosok orang Madura akan segera dikenal oleh siapapun karena mereka memang mempunyai ciri tersendiri, khususnya bila mereka berbicara. Penjual sate, soto, tukang potong rambut tradisional atau penjual barang bekas di mana-mana umumnya orang Madura. Oleh karenanya soto dan sate yang paling terkenal adalah soto dan sate Madura, saking terkenalnya ada juga sekalipun memakai label Madura akan tetapi penjualnya bukan orang Madura.
Untuk mempertahankan hidupnya atau untuk mencapai tujuan hidupnya orang Madura tidak segan-segan melakukan ke tempat lain. Hal ini tidak saja mereka lakukan pada saat kini di mana transportasi sudah sedemikian majunya karena kemajuan teknologi akan tetapi sejak jaman kerajaan dan penjajahan Belanda mereka telah melakukannya, utamanya sebagai reaksi terhadap perlakukan penguasa pada saat itu. Rasanya tidak terlalu berlebihan mengapa mereka melakukan hal tersebut, karena mereka belajar agama di mana hijrah Muhammad SAW menjadi acuhannya.
Sebagaimana orang agraris pada umumnya masyarakat Madura di perantauan selalu terikat pada tanah leluhurnya sehingga pada waktu-waktu tertentu pulang kembali ke Madura biasanya pada waktu Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi. Pada saat itulah lalu lintas penyeberangan feri menjadi padat sekali dalam waktu setidak-tidaknya selama seminggu. Tentu saja mereka datang dengan membawa uang dan barang di perantauan untuk dibagikan kepada sanak saudara di kampung halamannya. Uang ini mengalir ke kampung halaman pada waktu mereka pulang ada kalanya mereka yang telah berhasil di perantauan mengirim uang ke tempat asal kepada keluarga yang ditinggalkannya untuk keperluan konsumsi atau dipakai untuk modal kerja.
Menabung merupakan salah satu kebiasaan orang Madura tidak saja dalam bentuk uang akan tetapi juga dalam bentuk perhiasan emas. Tabungan ini digunakan bukan saja untuk berjaga-jaga akan tetapi pada umumnya mereka gunakan untuk pergi haji ke tanah suci Mekah. Untuk pergi ke tanah suci mereka melakukan upaya sekuat tenaga karena kepergiannya adalah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebagaimana diwajibkan oleh Agama, dan masyarakat Madura yang lain memberikan penghargaan yang tinggi dengan menempatkan mereka yang pergi haji sebagai orang yang mempunyai status yang lebih dari masyarakat biasa. Kepergiannya akan dihantarkan dengan sebuah kebesaran dan kedatangan dielu-elukannya, mereka menganggap haji bukan hanya sebagai sebutan, lebih dari itu mereka dianggap sebagai orang suci. Tentu saja peristiwa ini menimbulkan kegiatan ekonomi yang besar, kalau kita pandai-pandai memanfaatkannya sebagai peluang.