Berakhirnya Kerajaan Singasari

Setelah diketahui olekerajaan kediri h Jayakatwang bahwa Prabu Kertanegara kala itu sedang lengah pada situasi keamanan dalam negeri, karena mempersiapkan pasukannya untuk menunggu serangan dari armada China (Kaisar Kubilai Khan), selain sebagian besar bala tentara Kediri  dikirim kepantai pesisir utara Pulau Jawa, juga ada di luar Pulau Jawa untuk menjaga kerajaan taklukannya. Apalagi dikuatkan oleh surat dari Arya Wiraraja sebagai kawannya yang telah menjadi Adipati di Sumenep. Dengan demikian surat tersebut merupakan suatu masukan yang sangat bagus. Dan juga sudah ada kepastian bahwa Adipati Sumenep tersebut tidak akan ikut berperang atau tidak mengirimkan untuk membantu Prabu Kertanegara melawan Jayakatwang. Hal mana merupakan kesempatan yang baik untuk merebut kembali negara yang dulu telah direnut oleh Ken Arok dari tangan buyutnya Pranu Kertajaya.

Penyerbuan Jayakatwang mulai bergerak melakukan penyerangan dengan strategi pasukan perangnya dipecah menjadi dua,  sebagian menyerang melalui sebelah utara Singasari atau dataran rendah Malang, dipimpin oleh Jaran Guyang. Dan yang sebagian lagi melalui sebelah selatan yang dipimpin oleh Patih Kebo Mundarang. Dengan demikian pasukan Singasari menyambut di Kedung Peluk untuk memukul mundur serangan yang dari utara tersebut. Pasukan Jayakatwang dipukul habis-habisan sehingga banyak yang gugur dan melarikan diri, tapi terus dikejar sampai di desa Lemah Batang dan Kapulungan. Kemudian pasukan Jayakatwang dipukul mundur lagi dan lari ke desa Rabutcarat, di sana bertemu dengan pasukan yang sebagiannya, yang memang sengaja dipersiapkan sebagai bantuan yang diletakkan di desa Hanyiru untuk menghantam dari sebelah Timur. Selanjutnya terjadilah pertempuran hebat sehingga pasukan Singasari yang dipimpin oleh Raden Ardharaja kewalahan dan mundur ke desa Kapulungan, di sana mulailah mengatur siasat. Raden Ardharaja yang berbalik haluan, yang tadinya berdiri di pihak mertuanya sekarang berputar arah membantu Ayahandanya dan bergabung dengan pasukan Daha. Penyerangan mulai dipersiapkan lagi dan ditambah persiapan pasukan yang ada di desa Kurawan dan Kembangsari, sedangkan pasukan Singasari dipimpin oleh Raden Wijaya dengan kekuatan yang sudah berkurang. Disamping banyak yang gugur dan sebagian lagi dibawa oleh Arya Ardharaja yang bergabung dengan pasukan Ayahandanya.

Meskipun Raden Wijaya berjuang bersama pasukannya yang gagah berani, sangat tidak mungkin baginya untuk memenangkan pertempuran dengan kondisi pasukan yang sangat minim. Penghianatan Arya Ardharaja sangat berpengaruh pada peta kekuatan Raden Wijaya. Maka semangat pasukan Raden Wijaya menjadi surut dan kemudian memilih mundur bersama kedua belas pengikutnya yang masih setia, antara lain : 1. Lembusora, 2. Gajah pagon, 3. Medang Dangdi, 4. Mahisa Wagal, 5. Nambi, 6. Banyak Kapuk, 7. Kebo Kapetengan, 8. Wirota, 9. Wiragapati, dan 10. Pamandana. Menurut kitab Negarakartagama para pengikut Raden Wijaya adalah Banyak Kapuk, Ranggalawe, Pedang, Lembusora, Dangdi dan Gajah Pagon.

Dengan mundurnya Raden Wijaya beserta sisa-sisa pasukannya, maka kemenangan berada di pihak pasukan Daha yang dipimpin oleh Adipati Jayakatwang. Mereka dengan mudahnya memasuki pusat kerajaan Singasari, kemudian Prabu Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang, dalam keadaan mabuk minuman keras seperti tuak dan sebagainya. Dan selanjutnya pusat kerajaan atau keraton Singasari dihancurkan, kemudian pusat pemerintahan dipindah ke Kediri, dan dikendalikan oleh Jayakatwang pada tahun 1292.

Kala itu Raden Wijaya dengan prajuritnya yang sedang menyerang ke arah utara. Mendengar Prabu Kertanegara gugur, lalu akan kembali ke istana Singasari, untuk menghacurkan musuh disana. Tapi terdesak oleh prajurit Daha yang sangat banyak, sehingga terdesak mundur. Dan kembali ke utara kemudian dikejar oleh patih Kebo Mundarang, sampai di Buntak mereka ketemu, melihat pasukan lawannya tinggal sedikit Kebo Mundarang lalu mengejar Raden Wijaya. Raden Wijaya lari ketengah sawah dan terus dikejar oleh Kebo Mundarang, begitu jaraknya sudah dekat maka Raden Wijaya membanting singkal bajak tepat didepan Kebo Mundarang. Hingga lumpur sawah muncrat dan kena muka Kebo Mundarang, matanya dimasuki lumpur, badannya terhuyung-huymg lalu mundur ke belakang.

Tulisan bersambung:

  1. Adipati Arya Adikara Wiraraja (I)
  2. Adipati Arya Adikara Wiraraja (II)
  3. Arya Wiraraja Pendiri Kerajaan Majapahit
  4. Berakhirnya Kerajaan Singasari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.