Arya Wiraraja Pendiri Kerajaan Majapahit

Ilustrasi

Pada masa kejayaan Singasari dalam pemerintahan Prabu Kertanegara, hingga meluas hampir menguasai seluruh kepulauan Nusantara, dan hal itu terdengar ditelinga Raja Mongol keturunan Tar-tar di daratan China yang dipimpin oleh Kaisar Kubilai Khan, sehin

gga menerbitkan selera bagi Maharaja daratan China tersebut untuk mengirimkan pasukannya ke pusat kerajaan Singasari. Dikirimkanlah sebuah armada besar yang dipimpin oleh Jenderal Ming Kie, membawa surat dari Kaisar Kubilai Khan yang meminta agar Raja Kertanegara mengakui kebesaran Maharaja/Kaisar Kubilai Khan dengan memberikan upeti berupa 60.000 tail emas per tahun.

Tentunya Raja Kertanegara sebagai Raja penguasa besar yang menguasai sebagian besar kepulauan Nusantara merasa tersinggung dengan adanya surat dari Kaisar Kubilai Khan tersebut, dan merupakan sebagai pelecehan. Dengan rasa amarahnya Prabu Kertanegara menghunus kerisnya kemudian memotong kuping dari Jenderal Ming Kie, dan disuruh pulang agar memberitahukan kepada Rajanya. Perbuatan Prabu Kertanegara sesungguhnya telah melanggar etika dengan menganiaya seorang duta (utusan), dan merupakan suatu tanda sebagai tantangan perang kepada pengutusnya yakni Kaisar Kubilai Khan. Setibanya Jenderal Ming Kie di daratan China, langsung melaporkan kejadiannya kepada Kaisar Kubilai Khan, betapa marahnya sang Kaisar yang memang jago berperang tersebut, tapi tidak mengirimkan pasukan saat itu juga karena situasi tidak memungkinkan.

Sebab sebelum memberangkatkan armadanya ke pulau Jawa, harus menunggu datangnya musim angin yang menuju ke arah Selatan atau yang bisa memungkinkan mudahnya perjalanan pelayaran yang akan ditempuh nanti. Di samping juga Kubilai Khan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengumpulkan segala sesuatunya antara lain : kualitas serta kuantitas pasukan seta perbekalan yang cukup selama diperkirakan dalam adanya muhibah tersebut, serta kesiapan kapal-kapal perangnya yang khusus disediakan untuk sarana penyerangan keluar daratan China. Dan pada awal tahun 1292 berangkatlah pasukan expedisi Tiongkok yang berjumlah sangat besar dan dipimpin oleh tiga Jenderal besar yakni : Jenderal Che Pi sebagai Pemimpin Utama, dan Jenderal Jiko Mieshu serta Jenderal Kau Shing sebagai pembantu utamanya.

Dengan kelengahan dari Raja Jayakatwang di Kediri, maka Arya Wiraraja tidak menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk segera menyusun strategi dengan mengumpulkan para pasukan dari Sumenep yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Kesiapan Arya Wiraraja rupanya telah diperhitungkan dengan baik, yakni sekalipun sekuat apapun tentara dari Majapahit dan Sumenep, tidak mungkin untuk menyerang ke pusat perintahan Jayakatwang. Tapi rupanya Arya Wiraraja telah melihat bahwa dilaut Jawa telah datang armada pasukan perang dari daratan China, yang berniat akan menghancurkan kerajaan Singasari, hal ini rupanya akan dimanfaatkan oleh Arya Wiraraja.

Raden Wijaya seakan tidak percaya kepada gagasan Arya Wiraraja, bilamana tidak dijelaskan bahwa nantinya akan memperalat pasukan perang China dengan siasat yang telah disusunnya. Maka dipersiapkannya pasukan kecil dipimpin oleh Arya Bangah untuk menyambut kedatangan armada besar dari daratan China di pantai Tuban. Di sana Arya Bangah mengibarkan bendera warna putih yang menandakan sebagai tanda persahabatan, dengan adanya tanda persahabatan tersebut maka laskar China dengan leluasa merapatkan kapalnya tanpa harus mengirimkan telik sandi terlebih dahulu. Setelah  keduanya bertemu dan bertukar pengalaman, terutama Arya Bangah banyak bercerita tentang situasi di pulau Jawa. Kemudian berangkatlah Jenderal Kau Sing bersama beberapa pasukannya mengiringi pasukan Arya Bangah menuju Majapahit.

Sesampainya di pedukuhan Majapahit  Jenderal Kau Sing disambut oleh Raden Wijaya dan Arya Wiraraja dengan gaya persahabatan. Kemudian Arya Wiraraja menjelaskan secara panjang lebar bahwa Raja Kertanegara telah meninggal dunia yang diserang oleh Jayakatwang, dengan demikian yang bertanggung jawab atas diri kesalahan Prabu Kertanegara tentang perlakuan memotong telingan utusan Kaisar Khu Bhila Khan duhulu adalah Jayakatwang yang saat ini pusat pemerintahannya dipindah ke Kediri. Sedangkan Jenderal Kau Sing yang tidak tahu persis pada situasi di pulau Jawa sangat mempercayainya, apalagi setelah melihat situasi tentang gelagat Raden Wijaya yang terkesan bersahabat. Apalagi Raden Wijaya menyatakan bersedia membantu bersama pasukannya semaksimal mungkin demi suksesnya misi dari utusan Kaisar China.

Selanjutnya kembalilah Jenderal Kau Sing ke Tuban untuk menemui Jenderal Che Pi sebagai Panglima perang utama, serta menuturkan bahwa Raja Kertanegara sudah meninggal dunia yang dibunuh oleh Jayakatwang. Sedangkan Jayakatwang memang banyak musuhnya di pulau Jawa, dan dialah orang yang bertanggungjawab atas prilaku Raja Kertanegara kala itu, serta diberitahukan bahwa ada Raja bawahan yang siap membantu pasukan China untuk menggempur Kediri serta membunuh Raja Jayakatwang, sebagai penanggungjawab atas perbuatan Prabu Kertanegara yang telah menghina utusan Kaisar Kubilai Khan.

Tulisan bersambung:

  1. Adipati Arya Adikara Wiraraja (I)
  2. Adipati Arya Adikara Wiraraja (II)
  3. Arya Wiraraja Pendiri Kerajaan Majapahit
  4. Berakhirnya Kerajaan Singasari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.