Folklor dalam Pembentukan Kepribadian Masyarakat Madura

Selain dari ungkapan rakyat, nilai-nilai budaya dan pandangan hidup suku bangsa Madura juga ditanamkan melalui lagu rakyat dan legenda. Terdapat banyak folklor yang berisi nilai-nilai budaya dan pandangan hidup suku bangsa Madura, tetapi penulis hanya memberikan beberapa contoh saja. Penulis melihat adanya ciri-ciri kepribadian suku bangsa Madura yang terintegrasi. Ciri-ciri yang saling terintegrasi itu membentuk suatu ciri baru yang bukan hanya hasil dari penjumlahan ciri-ciri, melainkan suatu ciri baru yang menjadi ‘tanda pengenal’ kebudayaan yang bersangkutan (konfigurasi). Konfigurasi kepribadian suku bangsa Madura adalah sebagai berikut:

  1. Masyarakat suku bangsa Madura akan melakukan carok, yakni praktek-praktek kekerasan hingga pembunuhan menggunakan senjata tajam, yang disebabkan oleh pelecehan harga diri (baik terhadap individu maupun kolektif). Penyebab terjadinya carok berkaitan dengan konsep harga diri orang Madura yang disebut malo. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya carok sebagai balasan atas pelecehan harga diri seseorang adalah sebagai berikut:
    • Mempertahankan martabat. Hal ini dilakukan apabila ada seseorang yang melecehkan harga diri orang lain. Pelecehan terhadap harga diri seseorang dapat dilakukan dengan cara memfitnah, memberikan sindiran-sindiran, dan sebagainya. Seseorang yang merasa dilecehkan akan melakukan carok demi mempertahankan martabat.
    • Rasa cemburu dalam ikatan pernikahan suami-istri. Pada masyarakat Madura, kasus carok yang terjadi dalam pernikahan biasanya dipicu oleh rasa cemburu suami terhadap istri. Cemburu dapat dipicu oleh sikap sang istri yang dianggap tidak setia oleh sang suami. Sikap tersebut bisa dalam bentuk apa saja, seperti misalnya berkunjung ke rumah laki-laki lain secara diam-diam.
    • Rasa cemburu dalam persaingan bisnis. Iri hati atau cemburu dalam persaingan bisnis biasa dialami oleh kaum pedagang. Hal ini dapat dipicu oleh keadaan saat usaha seseorang lebih laku dibandingkan orang lain. Dengan tambahan pemicu lain, maka cemburu dalam persaingan bisnis ini dapat berakhir pada carok.
    • Merebut harta warisan. Hal ini biasanya terjadi dalam suatu sistem kekerabatan. Salah paham yang terjadi antar kerabat berkaitan dengan pembagian harta warisan dapat berakhir pada carok.
    • Membalas dendam kakak kandung. Perilaku carok terjadi karena sang adik kandung merasa harga dirinya dilecehkan juga saat harga diri kakak kandungnya dilecehkan. Hal ini memicu sang adik yang merasa malo melakukan carok demi mengembalikan harga dirinya.
  1. Masyarakat suku bangsa Madura suka melakukan rémo, yakni tradisi berupa pesta yang dihadiri oleh para blâtér. Blâtér adalah orang-orang yang perilakunya selalu cenderung mengarah ke tindakan kriminalitas, seperti berjudi, mabuk-mabukan dan main perempuan (melacur). Seorang blâtér adalah seseorang yang angko (memiliki keberanian tinggi untuk melakukan carok menghadapi moso/musuh) dan berhasil memenangkan carok. Selain itu, blatér dapat juga disebut sebagai oréng jago karena mereka memiliki kemampuan bela diri yang hebat sehingga sering memenangkan carok. Meskipun demikian, sebenarnya blatér dan oréng jago memiliki pengertian yang berbeda. Oréng jago ditunjukkan untuk orang yang sering memenangkan carok dan terkenal kehebatannya.

Dalam tradisi rémo, terdapat hiburan yang disebut sandur Madura, yakni suatu jenis kesenian tradisional semacam ludruk yang dimeriahkan oleh penari-penari (tandâ) laki-laki dan diiringi oleh gamelan. Dengan adanya hiburan sandur ini, para peserta rémo dapat menunjukkan kapasitas dirinya sebagai seorang blâtér. Ketika tiba pada acara inti, mereka menari dengan jenis tarian tertentu sesuai dengan pilihannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.