Kepribadian Individu
Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya tidak hanya menaruh fokus pada kajian-kajian mengenai unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat saja. Salah sau fokus kajian antropologi adalah mengenai kepribadian umum suatu masyarakat. Hal ini berkaitan dengan ilmu interdisipliner, yakni psikologi. Antropologi psikologi memiliki peran penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kepribadian umum suatu masyarakat dan psikologi sosial masyarakat yang mempengaruhi kepribadian individu dalamnya.
Kepribadian yang identik antar individu dalam satu wilayah kebudayaan membentuk suatu kepribadian umum. Dengan kata lain, kepribadian umum suatu masyarakat merupakan representasi individu-individu yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, untuk mengetahui konfigurasi atau pola-pola kepribadian suatu masyarakat, perlu diketahui faktor-faktor pembentuk kepribadian individu dalam masyarakat tersebut.
Antropologi Psikologi melakukan kajian terhadap konfigurasi kepribadian suatu masyarakat melalui kebudayaannya. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian Antropologi Psikologi adalah dengan mempergunakan folklor sebagai objek kajian. Melalui kajian terhadap folklor suatu kolektif/masyarakat tertentu, maka akan ditemukan nilai budaya atau pandangan hidup suatu kolektif atau suatu masyarakat yang bersangkutan, yang selanjutnya akan menjadi pedoman perilaku anggota-anggota sukunya (Danandjaja, 1988:148).
Menurut Danandjaja (1988), penggunaan folklor dalam penelitian Antropologi Psikologi memiliki keunggulan khusus jika dibandingkan dengan penggunaan etnografi. Etnografi lebih merupakan hasil rekonstruksi budaya suatu suku bangsa oleh peneliti. Sebaliknya, folklor merupakan suatu ‘wadah’ ungkapan perasaan masyarakat penyandang kebudayaannya. Hal ini berkaitan dengan salah satu sifat folklor, yakni polos atau lugu menunjukkan bahwa kajian mengenai kepribadian dapat dilakukan melalui folklor karena folklor merupakan ungkapan jujur dan obyektif masyarakat penyandang kebudayaannya.
Penggunaan folklor sebagai bahan penelitian Antropologi Psikologi berkaitan dengan fungsi-fungsi folklor. Menurut William R. Bascom, fungsi folklor ada empat, yakni sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesah kebudayaan, sebagai alat paedagogik (alat pendidik anak) dan sebagai alat pemaksa berlakunya norma masyarakat dan pengendalian masyaraka. Masing-masing fungsi folklor ini menunjukkan maksud atau motivasi folk yang menyandang kebudayaannya dalam membuat dan mewariskan folklor secara turun-temurun. Dengan demikian, melalui kajian terhadap folklor, dapat diketahui konfigurasi kepribadian suatu masyarakat.
Salah satu dasar pemikiran yang melandasi tulisan ini adalah pemikiran Ruth Benedict yang menyatakan bahwa kepribadian individu terbentuk sejak lahir dan menjadi beragam tipe kepribadian. Akan tetapi, masyarakat selalu berusaha untuk membentuk individu agar sesuai dengan kepribadian yang ‘ideal’ melalui enkulturasi. Melalui enkulturasi, ciri-ciri tertentu ditanamkan pada anak-anak, sehingga terbentuk konfigurasi ciri sesuai dengan yang dianggap ‘ideal’ dalam masyarakat. Hal ini memungkinkan sang anak mampu hidup dalam masyarakat ketika ia dewasa. Dengan demikian, kepribadian seseorang tergantung pada didikan orang tuanya.
Penulis melihat adanya peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak-anak di Madura. Hal ini dilakukan melalui penyebaran folklor berupa ungkapan rakyat, legenda dan nyanyian rakyat. Melalui folklor, anak-anak diberikan ciri tertentu agar sama dengan kepribadian ‘ideal’ masyarakat suku bangsa Madura.