Peristiwa Madura  

Semalam di Madura, Promosikan Seni Budaya Madura

Peringatan hari Jadi Kabupaten Pamekasan ke 485, digelar acara Semalam di Madura dan dipusatkan di Monumen Arek Lancor Pamekasan. Dengan mengangkat tema “Madura in Art and Culture Diversity” atau keragaman seni dan budaya Madura juga ditujukan mempromosikan seni dan budaya Madura, dihadiri empat Kabupaten di Madura, dari Pamekasan, Sampang, Bangkalan dan Sumenep.

Kontes Sape Sono’ Diminati Pengunjung
Peristiwa Madura  

Kontes Sape Sono’ Diminati Pengunjung

Badan Kooordinasi Wilayah (Bakorwil) menggelar festival Sape Sono’ se-Madura di lapangan R Soenarto Hadiwidjojo pada Minggu, 25/10/2015 lalu. Kontes kecantikan sapi dan budaya khas Madura itu mampu menyedot perhatian pengunjung.
Tak ayal, penonton kontes Sape Sono’ tidak hanya dari Madura, tetapi juga datang berbagai daerah di Indonesia

Peristiwa Madura  

Kemarau, Warga Pamekasan Gelar Okol

Okol merupakan pertandingan gulat satu lawan satu digelar di tanah lapang dan disaksikan para warga. Okol atau gulat tradisional ala Madura ini merupakan salah satu kepercayaan mereka, bahwa dengan menggelar tanding Okol hujan akan segera turun.
Tradisi Okol merupakan bentuk pertarungan dengan cara mengadu kekuatan otot. Para pelaku Okol hanya mengenakan celana pendek (seperti gulat atau tinju) tanpa pengaman. Dalam Okol sebagai bentuk perkelahian atau pertarungan dilakukan secara utuh, dengan ketentuan permainan yang telah disepakati bersama.

Peristiwa Madura  

Bahasa Madura Terancam Punah?

ancaman akan kepunahan Bahasa Madura, sama halnya Adengan ancaman terhadap kepunahan budaya dan tradisi yang ada di Madura. Sebab bahasa menunjukkan identitas, suatu daerah dalam konteks ke-Indonesia-an.

Peristiwa Madura  

Malu Berbahasa Madura

alasan lain yang menyebabkan orang Madura enggan menggunakan bahasanya sendiri, karena mereka merasa malu menggunakan Bahasa Madura. Sangat jarang Bahasa Madura digunakan di ruang publik, layaknya Bahasa Jawa.

Peristiwa Madura  

Tasbih Adipoday Terbuat dari Nyamplong

Adipoday secara resmi menjadi Raja Sumenep dengan bergelar Panembahan Poday alias Panembahan Wirokromo. Pusat pemerintahan tetap di Sapudi. Sementara di Sumenep sendiri, diwakili oleh Joko Tole,”jelas Rabiatul.
Rabiatul menambahkan, Panembahan Poday dikenal dengan kebiasaan dzikirnya. Setiap siang dan malam tangannya senantiasa memegang tasbih. Tasbih tersebut diceritakan berasal dari buah Nyamplong atau Camplong.