Asta Tinggi, Menghargai Keanekaragaman

Ada lagi, Makam Mbah Angga Suto (nama Arabnya: Syekh Abdurrahman) beserta istri dan sahabat-sahabatnya (Mbah Kabasa, Mbah Dukon, dan lain-lain). Makam yang cukup menjadi sorotan Budayawan dan Wisatawan Sumenep ini, terletak  di Desa Kebun Dadap Kecamatan Saronggi (kurang lebih 10 km bagian selatan dari pusat Kota Sumenep). Ketika musim kemarau datang, maka itu menandakan bahwa perayaan adat masyarakat desa Pinggir Papas dan Karanganyar (sebelah utara dari seberang sungai Desa Kebun Dadap) juga harus diselenggarakan.

Masyarakat Pinggir Papas dan Karanganyar merayakan adat yang biasa disebut sebagai upacara Nyadhar (baca: Nadzar) itu di desa Kebun Dadap, dengan menginap selama dua hari bersama sanak saudara dan keluarganya. Itu dilakukan setiap tahun, dengan dua kali perayaan adat, yaitu dengan berziarah kubur ala adat yang menjadi kekayaan mereka dalam konteks kebudayaan. Dengan kelengkapan tokoh adat yang lengkap dengan pakaian adatnya, juga sesajen berupa keminyan yang dibakar di atas api: ketika do’a-do’a mulai dibacakan tokoh adat. Dan kembang pun siap untuk ditaburkan di atas makam Angga Suto beserta istri dan kerabatnya. Upacara itu dilakukan dengan penuh khidmat di sore hari (ziarah kubur) dan ke esokan harinya (pagi hari) dengan membacakan doa yang dilengkapi dengan makanan berupa nasi yang diatasnya dihiasai telor dadar dengan kemasan yang menyerupai sinar matahari, serta sepotong ayam goreng.

Meski ada yang berbeda dalam konteks pelaksanaannya, ziarah kubur seperti yang terjadi pada perayaan adat masyarakat Pinggir Papas dan Karanganyar, merupakan ritualitas kaum muslim pada umumnya. Meski perlu diketahui bahwa, tempo itu Nabi Muhammad SAW pernah melarang umatnya melakukan ritualitas ziarah kubur. Karena pada waktu itu, banyak terjadi kemusyrikan yang disebabkan oleh ritualitas itu. Namun, selanjutnya Muhammad pun berubah pikiran, hal itu bisa kita temui lewat anjurannya untuk melakukan ziarah kubur. Dengan begitu, akan mengingatkan kita (penziarah) bahwa kita pun akan mengalami hal yang sama dengan almarhum (kematian).

Rasulullah bersabda dalam hadistnya, ”Dulu aku melarang kalian semua berziarah kubur, maka (sekarang) ziarahilah ia.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada kematian, dan dalam riwayat At Tirmidzi: “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada akherat”. Dari hadits ini, maka hendaknya kita dapat menjabarkannya dalam realitas keseharian. Seperti, yang dilakukan mayarakat Sumenep ketika menziarahi makam raja-raja Sumenep beserta kerabatnya di tempat pemakaman asta tinggi.

Responses (2)

  1. SAYA SUKA DAN SENENG BANGET TENTANGBUDAYAMADURA……GMNCR SUPAYA SY BISA MENGCOPY FILE LONTAR…

    1. Sebenarnya dg terpaksa kami protek artikel posting, lantaran kami temui banyak tulisan di blog lain dari Lontar Madura, tanpa mencantumkan sumbernya. Bagaimana cara bisa “ngambil” artikel yang protek, jawabannya lihat di mail anda …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.