
Penawaran Raden Wijaya tersebut tidak disia-siakan oleh Jenderal Che Pi, karena selain bisa membantu menyerang Kediri dan tahu persis pada medan yang akan ditempuh. Juga nanti bisa sebagai pengganti Raja pulau Jawa yang harus tunduk pada kebesaran Kaisar Kubilai Khan, sebagai Maharajadiraja di belahan bumi China dengan membayar upeti setiap tahun sebagai tanda tunduknya tersebut. Hal mana bertolak belakang dengan siasat Arya Wiraraja, yang mana keberadaan armada perang China hanya sebatas sarana untuk bisa menaklukkan Jayakatwang, dan kemudian meneruskan tahta warisan dari leluhurnya, dengan cara merebut kembali kekuasaan mertuanya yang kini telah direbut oleh Jayakatwang, dan selanjutnya dirinyalah yang akan menduduki tahta kerajaan pulau Jawa.
Setelah mengadakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja dengan ketiga Jenderal China, maka Jenderal Che Pi mengajukan syarat yakni bilamana nanti telah selesai peperangan maka semua harta rampasan perang akan dibawa ke negeri China, serta meminta pengakuan bahwa Raden Wijaya harus tunduk di bawah kekaisaran Kubilai Khan, dengan menulis sebuah piagam / dokumen. Sesak rasanya dada Raden Wijaya atas adanya syarat yang diajukan tersebut. Gelagat Raden Wijaya dipahami oleh Arya Wiraraja lalu diberi isyarat agar disetujui saja, nanti Raden Wijaya bisa berputar haluan untuk menghancurkan bala tentara China. Raden Wijaya mengerti pada strategi Arya Wiraraja yang hanya merupakan siasat belaka. Untuk meyakinkan pada ketiga Jenderal China tersebut, maka Raden Wijaya bersedia membuat dokumen sesuai dengan permintaan ketiga Jenderal dari China tersebut.
Setelah selesai mengadakan perjanjian kesepakatan maka berangkatlah mereka menuju pusat kota Kediri yang dibagi atas tiga gelombang, gelombang pertama dipimpin oleh Jenderal Kau Shing yang didampingi oleh Ranggalawe dan Lembusora. Gelombang kedua dipimpin oleh Jenderal Jiko Mieshu yang didampingi oleh Kebo Anabrang dan Ra Nambi, sedangkan gelombang terakhir menyatu dengan pasukan dari Sumenep yang dipimpin oleh Jenderal Che Pi didampingi oleh Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Setelah sampai di Kediri maka terjadilah petempuran yang sangat hebat, sedangkan Jayakatwang sendiri tidak menyadari akan datangnya musuh sehingga persiapannya sangat kurang. dan atas adanya hal tersebut maka pasukan Jayakatwang hanya bisa bertahan di dalam benteng keraton Kediri. Lalu mengirimkan utusan agar tetap bisa menempati benteng untuk sementara kepada pihak Raden Wijaya. Permintaannya tersebut dikabulkan, tapi di luar benteng tetap dijaga ketat oleh pasukan China dan Sumenep.
Sebagian besar dari pasukan China Dan Sumenep kembali ke Majapahit, setelah berselang beberapa lama maka Raden Wijaya pamit pada Jenderal Che Pi untuk pergi ke Kediri akan membunuh atau menghancurkan sisa pasukan Jayakatwang di Kediri.Disamping juga akan mengambil harta rampasan perang yang akan dibawa ke negeri China. Oleh Jenderal Che Pi disetujui dan diberi bantuan pasukan secukupnya, dengan tujuan sambil memata-matai gelagat Raden Wijaya karena khawatir harta rampasan perang dari Kediri disembunyikan oleh Raden Wijaya.
Maka berangkatlah pasukan yang dipimpin oleh Raden Wijaya untuk menggempur sisa pasukan Jayakatwang di Kediri, di sana mereka bergabung dengan pasukan penjaga dan hancurlah kerajaan Kediri dengan kematian Arya Ardharaja. Jayakatwang sendiri bersama dua putranya, yang lain yakni Silapati dan Silatanpuha lari ke gunung dan dikejar oleh Raden Wijaya, kemudian dibunuhnya. Tentang kematian Jayakatwang tersebut rupanya banyak dipertentangkan dalam sejarah, ada yang mengatakan Jayakatwang meninggal dunia dibunuh oleh Raden Wijaya di hutan kala melarikan diri ke gunung. Dan ada lagi yang menuliskan bahwa Jayakatwang moksa atau musnah. Seperti salah satunya yang ditulis oleh B. Schreike, Indonesian Sociololgical Studies,W. Van Hoeve Ltd., The Hague, 1957, hal. 11, 246, 257, tertera :
…………..demikian pula raja-raja Jawa menggunakan gajah sebagai kendaraannya, seperti Jayakatwang, Raja Kediri (1276-1293), bukan mati dalam pertempuran tetapi ia hilang dari tempat duduknya di atas gajah karena rekayasa paranormal yang ikut berperang melawan Raden Wijaya”
Maka selanjutnya dibawalah harta kekayaan istana Kediri untuk dijadikan harta rampasan perang dan nanti akan diangkut ke negeri China. Dalam perjalanan pulang ke Majapahit, Raden Wijaya menganjurkan pasukan China dan Sumenep beristirahat di hutan, dalam peristirahatan itu pasukan China ada ditengah-tengah pasukan Sumenep, setelah para pasukan China tertidur karena kelelahan, maka pasukan Sumenep melakukan pembantaian pada pasukan China. Kemudian Raden Wijaya dan tentaranya berangkat menuju Majapahit, disana harta rampasan diberikan kepada Jenderal Che Pi serta memberitahukan bahwa pasukan China masih berada di Kediri untuk menjaga situasi serta keamanan.
Tulisan bersambung: