Adipati Arya Adikara Wiraraja (II)

Setelah mendapatkan anugerah maka Raden Wijaya bersama para pengikut setianya yang diantar oleh Arya Wiraraja berangkat menuju hutan Tarik, yang di sana telah menunggu pasukan dari Sumenep. Mereka bisa berperan ganda, yakni sebagai tentara perang juga sebagai petani penggarap tanah, karena pada umumnya masyarakat Sumenep kala itu sangat mahir menggarap tanah, sekalipun tanah tersebut sangat tandus, karena dalam hal  bercocok tanam orang Sumenep tidak pernah putus asa. Karena sudah terbiasa di daerah yang tanahnya sangat tandus, jadi tidak terikat pada menanam padi saja, bisa jagung, ketela pohon serta palawija lainnya. Dan kemudian di hutan Tarik berdirilah sebuah pedukuhan, yang dinamakan pedukuhan Wilwatikta atau Majapahit.

Nama Majapahit tertuang dalam kitab Nagarakertagama bahwa, dikala membabat hutan selama berhari-hari rupanya kekurangan bekal, sedangkan bekal makanan kiriman dari Sumenep masih belum tiba jua, maka di antara para pasukan mencari buah-buahan untuk dijadikan makanan. Kebetulan di sana ada pohon maja (wilwa = bah. Jawa) yang berbuah lebat, diambilnya buah tersebut lalu dimakannya, ternyata rasanya amat pahit, maka pedukuhan tersebut diberi nama Wilwatikta atau Majapahit. Dan menurut sebagian alhi sejarah bahwa dinamakannya Majapahit karena dalam merintis perjuangan berdirinya kerajaan tersebut sangat pahit.

Menurut pendapat Jayakatwang memberi anugerah tanah apanage di wilayah Tarik kepada Raden Wijaya merupakan suatu keuntungan baginya, yaitu bilamana tanah tersebut bisa diolah dengan baik oleh orang-orang Sumenep, maka akan menambah devisa kerajaan, selain juga pengawasannya juga lebih mudah bagi Kediri untuk memantau setiap aktivitas Raden Wijaya di pedukuhan tersebut. Jayakatwang menganggap Raden Wijaya merupakan seorang pembantu yang setia dan pantas untuk mengawasi mobilitas di kali Brantas bagian hilir. Karena kala itu kali Brantas merupakan sarana transportasi yang sangat vital untuk melakukan aktivitas perdagangan dari pantai utara pulau Jawa menuju pusat Kerajaan Kediri. Juga melalui kali Brantaslah para pedagang dari luar pulau Jawa seperti dari tanah Hindustan, Melayu, daratan China bahkan dari wilayah Asia Barat seperti Gujarat dan Parsi.

Setelah selesai pembabatan hutan Tarik, maka Arya Wiraraja mengirimkan kuda Sumbawa sebanyak 27 ekor, persediaan makanan dan  ribuan pasukan perang yang dipimpin oleh putranya yang bernama Arya Ranggalawe naik perahu melalui laut. Kala pengiriman sarana perang tersebut Dewi Tribuwana dibawa serta ke Majapahit. Diikuti beberapa dayang dari keraton Batuputih di Sumenep untuk mendampingi seta merawat Sang Dewi dalam perjalanan.

Tulisan bersambung:

  1. Adipati Arya Adikara Wiraraja (I)
  2. Adipati Arya Adikara Wiraraja (II)
  3. Arya Wiraraja Pendiri Kerajaan Majapahit
  4. Berakhirnya Kerajaan Singasari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.