Upacara Nadar Masyarakat Sumenep Madura

Upacara nadar pertama

Setelah semua bahan-bahan pelengkap upacara disiapkan maka rangkaian upacara nadar pun dimulai. Secara singkat untuk upacara nadar yang pertama dan kedua dapat digambarkan sebagai berikut: upacara ini biasanya akan dilaksanakan pada sore hari sekitar pukul empat sore dan semua elemen masyarakat berduyun-duyun menuju makam di mana leluhur mereka dikuburkan dengan membawa semua alat dan bahan upacara. Sesampainya di makam leluhur tersebut maka para pemuka adat utama pun yang berjumlah sekitar 40 orang dengan mengenakan pakaian adat berupa jubah hitam menyimbolkan keheningan atau kesedihan, melakukan upacara tabur bunga di makam leluhur tersebut. Setelah acara tabur bunga selesai kemudian prosesi selanjutnya adalah pembacaan doa yang dipimpin oleh pemuka adat utama yang biasanya berpakaian jubah putih yang melambangkan kesucian. Setelah pembacaan yang dilakukan oleh pemuka adat utama ini selesai barulah kemudian semua warga dipersilahkan untuk ikut menabur bunga dan membaca doa di makam leluhur mereka itu.

Sampai di sini upacara nadar belumlah selesai. Upacara nadar akan disambung kembali keesokan harinya dan pada malam itu semua peserta upacara diwajibkan untuk menginap di sekitar makam baik dengan mendirikan tenda-tenda maupun menginap di rumah warga yang berada di sekitar makam. Pada malam harinya mereka yang pada malam sebelumnya menginap di sekitar area makam memasak berbagai jenis makanan yang dibutuhkan untuk upacara selamatan esok harinya. Makanan yang dimasak untuk keperluan upacara itu biasanya adalah nasi, lauk ayam, telur, dan bandeng. Setelah selesai upacara, sisa makanan dibawa pulang dan dibagikan kepada tetangga yang tidak mampu atau tidak hadir saat upacara.

Upacara nadar kedua

Upacara nadar kedua yang biasanya jatuh pada sekitar bulan Agustus pada prinsipnya sama saja dengan prosesi yang dilakukan ketika upacara nadar pertama, pun begitu dengan prosesi dan bahan yang digunakan saat upacara. Yang membedakan keduanya hanyalah pada bulan pelaksanaan dan momennya saja yakni untuk nadar pertama dilaksanakan ketika menjelang panen garam dan yang kedua dilaksanakan ketika panen garam masih berlangsung. Selebihnya sama saja dengan nadar yang pertama.

Upcara nadar yang ketiga

Upacara nadar ketiga dilaksanakan sekitar bulan September. Upacara dilaksanakan di bekas kediaman Syekh Angga Suto. Alasan dilaksanakan di tempat tersebut adalah sebagai upacara sekaran di bekas kediaman leluhur. Upacara ini dimulai dengan pembacaan doa oleh ketua adat dan diamini oleh peserta upacara. Setelah itu, dilanjutkan pembacaan naskah Jati Swara dan Sampurna Sembah. Kedua naskah tersebut dituliskan di atas daun lontar yang terus dipelihara hingga saat ini.

Keesokan harinya dilakukan upacara selamatan yang disebut upacara rasulan. Pada kesempatan ini para peserta upacara membawa makanan yang diletakkan di atas piring keramik (panjang). Pada makanan dibacakan doa kemudian dimakan bersama-sama di tempat upacara. Pada umumnya peserta upacara hanya memakan sedikit dan sisanya dibawa pulang.

Responses (2)

    1. Nadar atau Nyadar merupakan upacara adat masyarakat setempat. Segala hal menyangkut tentu berdasarkan kesepakatan adat dan masyarakat. Upacara termasuk kategori besar karena terdiri dari beberapa prosesi. Tidak bisa ditebak berapa nominal penyelenggaraan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.