Upacara Nadar dalam Upacara Pembuatan Garam di Sumenep (3)

Dwi Sulistyorini *)

Unsur-Unsur Upacara Nadar dan Pemaknaannya

Upacara nada r dilaksanakan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tu- han yang telah memberikan rezeki, yaitu panen garam. Pelaksanaan upacara tidak   terlepas  dari   tempat upacara,   saat  upacara  benda-benda  dan  alat upacara, serta orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Sejum- lah instrumen ritual disajikan secara khusus sehubungan dengan upacara itu. Instrumen  yang  digunakan  dalam  upacara  pertama  dan  kedua  sama, yaitu bunga dan bedak serta kemenyan ditambah nasi dan lauk ayam, telur, serta bandeng. Bunga dan bedak digunakan untuk tabur bunga di makam leluhur.

Hal ini sebagai simbol rasa terima kasih kepada leluhur, sedangkan kemen- yan merupakan  parfum  atau  wewangian bagi  arwah  leluhur.  Nasi sebagai simbol rezeki yang dihasilkan para petani garam. Ayam merupakan binatang yang  bertelur  sehingga  masyarakat  menganggap  bahwa  ayam merupakan simbol harapan supaya rezeki yang dihasilkan terus melimpah. Karena ayam yang disajikan utuh (pitik ndhekem) maka disebut ayam ungkul. Pemaknaan ini disesuaikan  dengan kemiripan  bunyi  fonetisnya  dengan  tumungkul (ter- capai  kehendak).  Telur merupakan perwujudan  rezeki  yang  dihasilkan  dan bandeng merupakan  binatang  yang  hidup  di  tambak begitu  pula  garam se- hingga hal ini sebagai simbol hasil panen.

Instrumen  pada  upacara  nadar  ketiga,  yaitu  nasi,  telur,  dan  bandeng. Semua  itu  diletakkan di  atas  panjang  (piring  keramik  asing).  Simbol  dari nasi, telur, dan bandeng sama dengan upacara nadar pertama dan kedua. Pir- ing  keramik ini  sebagai  simbol  tempat  menyimpan rezeki.  Piring  keramik (panjang)  dikeluarkan  pada upacara ketiga karena sebagai simbol menyim- pan  rezeki  dan  diharapkan  hasil  panen  terakhir  bisa  ditabung,  sedangkan pada panen pertama dan kedua hasilnya digunakan untuk makan dan kebu- tuhan sehari-hari. Naskah-naskah kuno yang dibacakan adalah naskah Sam- purna Sembah dan Jatiswara dan hanya bagian-bagian tertentu saja yang di- bacakan, yaitu yang isinya berupa ajaran-ajaran Islam sehingga dapat dijadi- kan  panutan  dalam  hidup  sehari-hari.  Tombak  dan  keris, benda-benda  ini, mempunyai kekuatan gaib dan harus diperlakukan secara hati-hati. Keris dan tombak merupakan senjata yang mereka peroleh dari leluhurnya. Keris dan tombak sebagai simbol kekuatan supaya terhindar dari gangguan para lelem- but.

Upacara dilakukan pada hari Jumat yang dimulai pada sore hari sekitar pukul  16.00  WIB  karena  masyarakat  Sumenep  mayoritas  beragama  Islam. Sebelum   upacara   mereka   melaksanakan   Shalat   Jumat   terlebih   dahulu. Dipilihnya hari Jumat karena hari tersebut dianggap hari baik dan suci.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.