Berbicara tentang Madura bagi saya ada gampang tapi ada sulitnya- Madura menjadi gampang alias gampangan, jika saya berbicara Madura dengan hanya bermodalkan domisili, karena saya tinggal di Madura, tapi tidak bisa melihat Madura secara jernih apalagi bisa mereguk madunya Madura, karena mata saya lebih tertarik kepada tayangan-tay angan global, baik sinetron asing maupun dalam negeri, iklan-iklan cantik yang mempesona dan moralitas baru yang sebagian mungkin merugikan bagi tradisi kemaduraan. Ketika dunia ini saya pandang kecil, maka Madura menjadi semakin kecil, sehingga Madura bisa saya anggap sebutir debu. Karena Madura hanya sebutir debu, begitu gampangnya saya merumuskan Madura, sehingga memberi kesimpulan yang salah pun saya merasa tidak berdosa. Pandangan seperti itu bisa teijadi karena saya awam, atau say a seorang cerdik pandai tapi yang suka ngawur.
Bahasa Komunikasi Masyarakat Sapeken
Masyarakat di Kepulauan Sapeken, sehari-hari menggunakan multi bahasa, yaitu bahasa Bajo, Mandar, dan Bugis, serta bahasa Madura. Namun bahasa Madura, cenderung kurang banyak dipahami masyarakat setempat. Dan dalam kondisi tertentu pada akhirnya, bahasa komunikasi yang digunakan, yaitu bahasa Nasional, bahasa Indonesia.