Sekitar Seni Tutur Madura dan Upaya Revitalisasi

[junkie-alert style=”grey”] D. Zawawi Imron

Kepulauan Madura adalah bagian dari Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur yang terdiri dari empat Daerah Tingkat II Kabupaten, yaitu Kabupaten Bangkalan yang terletak di ujung barat pulau, dan secara berurutan ketimur ialah, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan yang di ujung timur ialah Kabupaten Sumenep.Secara astronomis Madura terletak antara 6O lintang selatan dengan 7O lintang selatan, dan antara 112O bujur timur dengan 116O bujur timur. Sedangkan yang termasuk kepulauan Madura, atau eks Keresidenan Madura ialah 65 pulau yang mengelilingi pulau Madura, antara lain pulau Mandagil (pulau Kambing), Gili Raja, Gili Genting, Pulau Poteran, Gili Iyang, pulau Sepudi, pulau Raas, pulau Tonduk, pulau Waguwa, pulau Komerean, pulau Kangean, pulau Saobi, pulau Maslembu, pulau Karamean dan lain-lain. [/junkie-alert]

Semua pulau-pulau itu dihuni oleh penduduk yang disebut orang Madura atau suku bangsa Madura, kecuali di beberapa pulau kecil, seperti di Pagerungan Besar, pulau Araan, pulau Sapeken, pulau Sakala dan lain-lain yang berpenduduk berasal dari keturunan Bugis dan Mandar yang sebagian besar masih menggunakan bahasa nenekmoyangnya.Jumlah pemakai bahasa Madura mencapai sejumlah 9.000.000 orang (Hariyadi, 1981). Pemakai Bahasa Madura selain terdapat di wilayah Kepulauan Madura banyak terdapat di wilayah eks Karesidenan Besuki, pantai utara eks Keresidenan Malang dan di beberapa kota dan daerah lain di Jawa Timur. Bahkan pada tahun 1850 jumlah orang Madura di daerah Jawa Timur sudah lebih banyak dari yang berdiam di pulau Madura sendiri (De Jonge, 1989: XII).

Legenda pernah mengungkapkan bahwa zaman pra sejarah pulau Madura itu hanya berpenghuni kera dan bermacam margasatwa (Zainalfattah, 1951). Baru setelah Bendoro Gung, seorang puteri dari keraton Medangkamulan, dengan puteranya bernama Raden Segoro terdampar di Kamal, konon pulau iti mulai berpenghuni manusia.Sari sebuah cerita legenda kita mamang tidak bisa menetapkan sebuah kesimpulan. Meskipun demikian bahwa, suku bangsa Madura tidak termasuk etnis yang teramat tua. Bisa dilihat dengan tidak akanya peninggalan-peninggalan sejarah di Madura yang umurnya tidak lebih 15 abad.

Dengan demikian sebelum bukti-bukti arkeologis yang lebih lawas (arkais) ditemukan, ada kecenderungan bahwa suku bangsa Madura adalah suku bangsa yang muda.Sedangkan pemerintahan yang berbentuk kadipaten pertama di Madura dimulai sekitar bulan Oktober 1269. Berdasarkan hasil seminar, Bermula Arya Wiraraja menjabat sebagai adipati di Madura, ditetapkan tanggal 31 Oktober 1296. (Sukarta K Atmadjaya, 1989). Sebelum itu, Madura hanya diperintah oleh Akuwu, yang nama-namanya tidak pernah dicatat oleh sejara.

Catatan sejarah pulau Madura di masa purbakala tak ada peninggalan-peninggalan arkais yang cukup berarti. Kitab tertua yang pernah menyebutkan pulau itu adalah buku Paraton yang ditulis antara tahun 1475 samapi dengan 1485.

Setiap daerah dengan etnisitasnya selalu mempunyai khazamah kesenian sendiri. Pulau Madura juga mempunyai aneka ragam kesenian. Penelitian tentang aneka macam kesenian Madura pernah dilakukan oleh Helene Bouvire, dalam rangka menulis desertasi doktornya. Desertasi itu sudah terbit dan terpilih sebagai buku terbaik di Perancis, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku itu membicarakan aneka ragam kesenian Madura setebal 700 halaman.

Dalam makalah ini tidak mungkin dibicarakan kesenian Madura secara luas. Saya ambil beberapa saja yang berkaitan dengan sastra tutur, dengan upaya merevitalisasinya dalam konteks kekinian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.