Pangeran Musyarrif Arosbaya, Gugur Ditembak Belanda

Pasarean Pangeran Musyarrif, (Foto: MataMadura)

Kembali pada awal tulisan, Madura memiliki beberapa ulama besar yang bersusur galur pada Sunan Ampel pada umumnya, dan anggota Wali Sanga di Jawa Timur dan Tengah pada khususnya.

Di ujung timur Pulau Garam, ada Sunan Paddusan, cucu Raja Pandita. Setelahnya ada Sayyid Ahmad Baidlawi alias Pangeran Katandur, cucu Sunan Kudus. Di Madura Barat ada Sayyid Zainal Abidin alias Sunan Cendana, cicit Sunan Drajat bin Sunan Ampel. Didahului oleh Pangeran Khathib Mantu, cicit Sunan Giri; dan Pangeran Musyarrif, yang dalam satu versi adalah cicit dari saudara laki-laki Sunan Ampel lainnya. Nama terakhir yang disebut sekaligus juga tokoh sentral Jejak Ulama edisi kali ini.

Asal-Usul

Seperti disebut di muka, Pangeran Musyarrif masih terhitung cicit Sunan Ampel. Buyutnya, Syarif Ahmad ialah adik kandung Sunan Ampel. Asal-usul Pangeran Musyarrif ini ditulis secara rinci oleh Sejarahwan Madura legendaris, Kangjeng R. Tumenggung Ario Zainalfattah Notoadikusumo, dalam sebuah bukunya, “Sedjarah Tjaranja Pemerintahan di Daerah-daerah di Kepulauan Madura dengan Hubungannja” (1951), halaman 137-138.

Syarif Ahmad disebut Zainalfattah sebagai salah satu anak Sayyid Ibrahim Asmara yang belakangan hijrah dari Kamboja ke tanah Jawa, atau Surabaya pada tepatnya. Syarif Ahmad ini berputra Syarif Hafie, ayah dari Syarif Muhammad Juhariya. Syarif Juhariya ini berputra Syarif Abdurrahman (Zainalfattah menulis Syarif Ahmad al-Husaini), yang di kemudian hari bergelar Pangeran Musyarrif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.