Nafas Perempuan Batik Madura

Warna lain yang sering mendampingi warna merah—meski tidak selalu–adalah ‘kuning’. Kuning dipercaya memberi kehangatan, semangat, optimis dan riang. Dari sisi psikologi, warna kuning dapat merangsang aktivitas pikiran dan mental, membantu penalaran secara logis dan analitis, dan pemakainya lebih bijaksana dan cerdas. Maka, warna-warna dasar seringkali ditampilkan sebagai warna yang mandiri, dan maknanya tidak harus dihubungkan dengan warna lain.

Merah menyala, ketika berdampingan, atau di atas hamparan hitam akan lahir kesan elegan. Dan, perempuan pembatik itu akan setia dengan warna khas dari leluhurnya. Mereka menentukan sendiri warna-warna yang akan menghiasi motif batiknya. Mereka tidak pernah melupakan warna merah di setiap motif batiknya.

(vi)

Mesin serba listrik dan diesel, mungkin lebih canggih dari pada pemintal tradisional–yang manual. Hasil produksinya pun jauh lebih tinggi. Tangan-tangan terampil (manual) tidak terlalu dibutuhkan—meskipun dibutuhkan tapi jumlahnya sedikit sekali. Sekali giling, atau dalam hitungan jam beroperasi, jumlah produksi bisa memenuhi jumlah pelanggan sekampung. Tapi, belakangan ini,  alat produksi yang tradisional mulai dirindukan. Dan, itulah yang terjadi pada batik di belahan Nusantara ini. Termasuk batik Madura. Batik tulis jauh lebih diminati dari pada batik cap, apalagi printing.

Kain untuk membatik tidak serta-merta dari pabrik, langsung dimotif dengan malam. Tapi harus melalui beberapa proses. Awalnya, kain melalui proses kettel. Pada proses ini, pembatik memberi larutan abu merang dicampur minyak camplong pada kain. Lamanya sekitar satu minggu. Ini dilakukan agar kain benar-benar muncul aura dan keasliannya. Dan, jika nantinya dimalam dan diwarnai, akan meresap ke dalam kain—lantaran lemak dan kotoran pada kain dasar itu hilang. Selanjutnya, kain diberi abu merang untuk menghilangkan minyak camplong, dan terus dicuci bersih.

Proses memberi tepung kanji pada kain agar malam mudah terlepas dari kain pada proses pelorotan merupakan proses sebelum memberi desain dan motif. Semua proses, sampai dengan pewarnaan dilakukan oleh perempuan. Dalam hal ini, kaum lelaki hanya membantu di bagian proses yang membutuhkan tenaga ekstra. Misalnya, pengapian pada katel ketika dicelup warna.

Motif batik Madura memiliki ciri khas tersendiri yang tidak serta-merta ada di tempat lain. Di antara motif itu adalah antang atau bunga teratai.  Rampaknya, mereka terinspirasi tumbuhan teratai yang mengapung di air. Latar hijau dengan bunga berwarna merah dan bagian pinggir coklat muda berwarna tanah. Ada kalanya pembatik yang memiliki keahlian khusus melukis teratai seakan hidup—dengan tiga dimensi. Batik seperti ini biasanya dipesan khusus dengan harga yang sesuai.

Motif ‘berras nompa’ (beras tumpah) seringkali mewarnai hampir seluruh motif batik—sebagai dasar dari kesuluruhan motif dalam selembar kain. Serinngkali motif itu dipadu dengan motif dahan berwarna hijau, dan bunga berwarna merah. Ada maksud dari perempuan pembatiknya: ‘berres nompa’ melambangkan larangan hidup berfoya-foya—larangan untuk orang yang tidak ikut merasakan sudahnya bertani. Lambang bagi petani sebagai rasa syukur, karena beras tumpah dianggap masa panen yang sukses. Motif yang tidak terlalu rumit tapi butuh ketelitian pembatiknya. Biasannya latar motif berwarna hitam atau gelap. Motif beras tumpah ini melambangkan suasana pertanian—larangan dan rasa syukur.

Motif sesse’ (sisik) melambangkan suasana nelayan. Di dalamnya terdapat motif tulang. Di dalamnya terdapat motif bunga berwarna merah—warna yang tak pernah ditanggalkan oleh pembatiknya. Jelas, banyak harapan dari nelayan: tangkapan yang banyak, dan suasana laut yang tenang.

Motif Daun, berada di atas background berwarna putih dan hitam dengan baris-baris gelombang. Di dalam baris putih terdapat daun berwarna hitam dengan bunga merah. Dalam baris hitam terdapat daun berwarna putih berserakan. Terinspirasi dari daun di sekitar. Menunjukkan bahwa perempuan pembatik juga menjaga keasrian lingkungan, keasrian tumbuhan hidup yang ada di sekitar lingkungan mereka.

Motif batik Madura beragam. Ada motif liris, bunga, serat kayu, dan sebagainya.  Motif liris dilukis di atas kain berwarna hitam dan putih sejajar membentang lurus sehingga berbentuk belang-belang dengan hiasan bunga berwarna merah. Motif liris melambangkan dua sisi kehidupan yakni gelap dan terang. Sedangkan motif bunga di atas kain bermotif hitam dengan bintik-bintik berwarna merah dihiasi bunga merah dengan kelopak kuning dan merah disertai tangkai berupa garis putih putus-putus. Background hitam dengan bintik-bintik berwarna merah dihiasi bunga merah dengan kelopak kuning dan merah disertai tangkai berupa garis putih putus-putus. Background sisik dengan garis merah dan kuning dihiasi bunga berwarna putih.

(vii)

Perempuan Pembatik Madura, bukan sebuah legenda, yang ceritanya hanya bisa dikenang. Tapi, sejak dulu sampai kini, batik Madura dikerjakan oleh tangan-tangan lentik perempuan Madura. Di tengah menunggu suami melaut, atau menggarap ladang, di situlah muncul ide-ide kreatif para perajin melakukan kegiatannya: membatik—kecuali batik gentongan.

Hampir pasti, campur tangan laki-laki hanya pada pekerjaan ‘kasar’, yang tidak membutuhkan tangan-tangan kreatif dan teliti. Dan, ketika Pemerintah memberdayakan perempuan, maka perempuan Madura telah berdaya dengan hasil kreasinya di seni batik.

*****

Em Saidi Dahlan, Lahir di Sumenep, 16 Juli 1966. Menulis artikel, esai, cerpen, dan buku yang dimuat di berbagai media ibukota dan daerah. Lebih dari 100 judul bukunya sudah terbit berupa novel, cerita anak, buku ajar, dan sebagainya. Beberapa di antara bukunya masuk proyek nasional. Menjadi penulis tetap kolom di beberapa media massa. Beberapa kali diundang Presiden RI di Istana Negara dalam rangka penerimaan hadiah sayembara, dan bincang-bincang  masalah pendidikan.Menjadi narasumber di beberapa acara ilmiah dan workshop penulisan.

Sebagai Ketua Umum APPI (Asosiasi Penulis Pendidik Indonesia), membidani lahirnya Agupena (Asosiasi Guru Penulis Indonesia) bersama Fasli Djalal (Dirjen PMTK Kemdikbud).

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.