Konsepsi Keris dalam Budaya Masyarakat Madura

Sedangkan nama ricikan yang berasal dari bahasa Madura asli diantaranya: Keloran (sogokan), pejetan (papakang), koko macan (kembang kacang), bubung (ada-ada), batton (gusen). Selain itu, dikenal juga sebutan pang bar at dalam (bilah bagian dalam) dan pang bar at luar (bilah bagian luar)

keris

Sebagian masyarakat mempercayai bahwa sebuah keris harus lebih banyak dan lebih bagus pamornya dibagian pang barat dalam-nya dari pada pang barat luar, mereka beranggapan bahwa pang barat dalam adalah gambaran masa depan sedangkan pang barat luar adalah gambaran keadaan kita pada masa sekarang. Dikenal pula istilah ajub dalam yaitu pamor yang berada di ujung keris pang barat dalam terlihat lebih menonjol dari pada pamor yang berada di ujung pang barat luar. Ini juga dipercaya bahwa si pemilik keris tersebut tidak akan kedahuluan lawannya dalam peperangan dan Iain-lain. Sedangkan ajub luar adalah sebaliknya.

Kebiasaan masyarakat Madura tentang proses memilih keris yang diyakini memiliki kecocokan dengan si pemilik diantaranya dilakukan dengan cara pal. Pal adalah cara memilih dan menilai keris dengan cara mengukur bilah keris dengan menggunakan ukuran jempol, benang, serta tangan dengan ukuran tertentu. Selain melihat keris dari seni bentuk dan seni pamor, pal juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam memilih sebuah keris agar dapat menunjang perjalanan hidup mereka di masa depan.

Cara lain yang dilakukan mereka untuk memilih sebuah keris diantaranya dengan cara meminta pertimbangan dan pendapat pada tokoh masyarakat yang dianggap ahli tentang keris baik dari segi fisik maupun nilai mistik yang terkandung di dalam sebuah keris. Keberadaan tokoh masyarakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sistem sosial mereka yang patemalistik. Mereka dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan suatu pilihan, termasuk pula di dalamnya bagaimana cara mereka memilih keris.

Alternatif lain yang dilakukan masyarakat untuk memilih sebuah keris ialah dengan menilai kualitas empu-nya. Mereka cenderung memilih keris yang dibuat oleh seorang empu yang terkenal, memiliki budi pekerti luhur, dan dianggap memiliki kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Perkembangan mitos dan legenda dalam masyarakat yang berkaitan dengan para empu akan turut berpengaruh terhadap alasan masyarakat memilih sebuah keris. Mereka tidak menilai keris hanya dari seni bentuk dan seni pamor-nya saja, tetapi melakukan penilaian terhadap sebuah keris dari bobot spiritual empu yang membuatnya.

Keris merupakan senjata tradisional yang masih popular bagi masyarakat dan memiliki wilayah persebaran yang cukup luas. Keris tidak hanya menjadi identitas budaya masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Madura, keris dijadikan sebagai pusaka yang memiliki hubungan dengan nilai histories, falsafah dan nilai-nilai seni. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah keris meliputi nilai religi, etika dan nilai estetika.

Kepercayaan terhadap kekuatan mistik yang terkandung di dalam keris merupakan cerminan dari nilai religi pada sebuah keris. Keindahan pada seni bentuk dan seni pamor mewakili nilai estetika pada sebuah keris. Sedangkan pada nilai etika, ditunjukkan dengan cara masyarakat memperlakukan keris yang merupakan warisan budaya pada generasi berikutnya.

Pelaksanaan kajian ilmiah tentang keberadaan keris sebagai salah satu bentuk warisan budaya, diharapkan dapat memberikan pemahaman secara komprehensif bagi masyarakat.

 

Daftar Pustaka

  • Abdurrahman, Drs. 1979. Selayang Pandang Sejarah Sumenep. Sumenep : The Sun.
  • Fatah, Zainal. 1942. Pengertian Tentang Keris Di Pulau Madura.
  • http://kerisologi.multiply.com/

Proses penjamasan keris, buka Penjamasan Pusaka dan Keris Sumenep

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.