Ke(blater)an: Sebuah Konstruk Lokal yang Tersisa

Blater (ilustrasi)

Pulau Madura yang berada di ujung utara Jawa Timur memang sangat dikenal sebagai basis kekuatan Pesantren. Keberadaan pesantren diwilayah yang terdiri empat kabupaten ini sangat dominan dalam membentuk warna masyarakat yang “Islami”. Tak heran jika melihat konstruksi sosial Madura sangat homogen kultur santri. Bahkan identitas kesantrian seolah menjadi warna pokok bagi kultur Madura.

Namun ditengah riuh rendahnya kultur santri yang berkembang di Madura, ada corak kebudayaan lokal yang setidak tidaknya menjadi nada lain dari gema Islam yang dikumandangkan para kyai dan santri. Blater adalah kontruksi lokal Madura yang secara lirih hendak bersuara minor. Blater adalah komunitas di Madura yang merepresentasikan karakter ekologi Madura. Memang, sebagaimana yang digambarkan oleh Kuntowijoyo (2002), Madura dikenal dengan geografi yang kurang mendukung bagi sistem pertanian yang mengandalkan pengairan yang cukup. Struktur tanah di Madura yang berbukit dan dipenuhi batu kapur membuat daerah penghasil garam ini kurang subur.

Tak heran jika masyarakat Madura kemudian menggunakan pertanian sistem tegal atau yang dikenal dengan sawah tadah hujan. Akibat kurang suburnya Madura, pada perkembangannya juga “memaksa” orang orang Madura untuk migrasi ke daerah lain, seperti Pulau Jawa. Namun bagi masyarakat yang tetap berdiam diri di Madura, jauh sebelum Islam masuk, mereka harus bergulat dengan kerasnya alam untuk melangsungkan hidup. Tak mengherankan jika kemudian masyarakat Madura cenderung memiliki karakter yang keras pula, yang kerapkali direpresentasikan dalam identitas kultural yang dikenal dengan istilah blater.

Blater merupakan wajah yang sesungguhnya dari masyarakat Madura, sebelum Madura di “make up” oleh berbagai kultur dominan yang merambahnya. Islam adalah kultur dominan yang kini menjadi menjadi tren setter monokulturalisme Madura. Islamisasi Madura seiring dengan berdirinya kerajaan Demak di Jawa Tengah yang menggantikan kemunduran kekuasaan Majapahit. Islamisasi Madura yang dikomunikasikan oleh para kyai kepada penduduk setempat kini telah mencapai keberhasilan yang luar biasa hingga keseluruh pelosok pedesaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.