Folklore dalam Kepribadian Masyarakat Madura

suku-madura
Salah bentuk kesenian suku Madura

Maraknya kasus kekerasan dan pembunuhan di Madura menarik perhatian, karena hal ini terlihat sebagai konfigurasi kepribadian umum suku bangsa Madura. Perilaku pembunuhan dan berbagai praktek kekerasan yang dipicu oleh berbagai hal, terutama pelecehan harga diri, di Madura dilakukan oleh seluruh anggota masyarakatnya.

Hal ini dapat memicu munculnya stereotipe negatif yang menganggap bahwa suku bangsa Madura memiliki kepribadian umum mudah tersinggung, pemarah dan kejam. Konflik kekerasan yang terjadi di Madura berkaitan dengan kebudayaan yang dimiliki serta nilai-nilai di dalamnya.

Legitimasi masyarakat terhadap praktek-praktek kekerasan di Madura merupakan suatu hal yang harus dipandang secara obyektif, tanpa memasukkan penilaian subyektif yang akan memicu munculnya stereotipe negatif.

Harga Diri dan Konflik Kekerasan

Mengacu pada konflik kekerasan yang terjadi di Madura, pelecehan harga diri memiliki arti yang sama dengan pelecehan kapasitas diri. Hal ini berkaitan dengan konsep malo yang dalam bahasa Indonesia berarti malu.

Nilai harga diri dalam konsep malo ditanamkan pada anak melalui sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua. Sosialisasi nilai dilakukan dengan berbagai cara yang berkaitan dengan pola pengasuhan anak, salah satunya, dengan pewarisan folklore berupa ungkapan rakyat.

Suatu ungkapan rakyat yang berbunyi, “ango’an poté tolang étémbhang poté mata.” berarti lebih baik mati daripada harus menanggung malu, memberi indikasi kuat mengenai konsep malo sebagai dasar praktek kekerasan orang Madura.

Selain itu, terdapat pula ungkapan rakyat yang berbunyi demikian, “lokana daghing bisa éjhai’, lokana até tada’ tambhana kajhabhana ngéro’ dara.” Ungkapan rakyat ini berarti jika daging yang terluka masih bisa diobati atau dijahit, namun jika hati yang terluka tidak ada obatnya kecuali minum darah (mati).

Masyarakat suku Madura percaya bahwa nama baik adalah suatu hal yang harus dipertahankan sebagai yang terutama. Hal ini terlihat dari ungkapan rakyat berikut, “Nyama se sae paneka kodu esare gu-onggu, kodu eparlowagi panyareepon, lebbiyagi parlo dari panyareepon kasoghiyan.” yang berarti, nama baik (harga diri) harus diupayakan dengan sungguh-sungguh, lebih daripada harta benda.

Pelecehan terhadap harga diri orang Madura menyebabkan legitimasi terhadap perilaku kekerasan dan pembunuhan terhadap orang yang dianggap telah melecehkan harga diri yang bersangkutan. Pokok nilai-nilai budaya/kerangka moralitas orang Madura terlihat dari ungkapan rakyat berikut,

“Sekebba oreng ana-barna: kerres, tombhak, peddhang, jambiya’, lancor ajham ban salaenna. Kep-sekep se kasebbut eattas jareya kabbhi tada’ se bisa ngongkole so kep-sekep se esebbuttagi e baba reya:

  1. Tello’ parkara areya kodu ejaga: jhila, adhat, kalakowan.
  2. Tello’ parkara reya kodu ekaandhi’: ate sacca (esto), ate socce, jujur.
  3. Tello’ parkara reya kodu ekabaji’i: manggha’an, nespa, ta’andi’panarema.
  4. Tello’ parkara reya kodu eengguna: saroju’, kabunga’anna ate, kasennengnganna ate.
  5. Tello’ parkara reya kodu epeyara (eomesse): bakto (baja), pesse, kabarasan.
  6. Tello’ parkara reya kodu ehormate (eaji’i): omor, uwet (dhang-ondhang), aghama.”

Pengertian ungkapan rakyat di atas, dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, Manusia mempunyai senjata bermacam-macam, keris, tombak, pedang, jembia, celurit dan lain-lain. Senjata-senjata itu semua kegunaannya di dalam kehidupan tidak akan bisa melebihi pegangan yang tersebut di bawah ini:

  1. Tiga hal yang harus dijaga: lidah, adat dan pekerjaan.
  2. Tiga hal yang harus dipunyai: hati yang setia (persahabatan), nurani yang suci dan hati yang jujur.
  3. Tiga hal yang harus dijauhi: tega hati (aniaja), rendah diri (bukan rendah hati) dan tidak bisa menerima kenyataan hidup.
  4. Tiga hal yang harus ditempati: menjunjung tinggi musyawarah, kebahagiaan hati dan kesenangan (ketenangan) hati.
  5. Tiga hal yang harus dipelihara: waktu, uang dan kesehatan.
  6. Tiga hal yang harus dihormati: umur, undang-undang dan agama.

Selain dari ungkapan rakyat, nilai-nilai budaya dan pandangan hidup suku bangsa Madura juga ditanamkan melalui lagu rakyat dan legenda. Terdapat banyak folklore yang berisi nilai-nilai budaya dan pandangan hidup suku bangsa Madura. (bersambung: Konfigurasi Kepribadian Suku Madura)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.