Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
    • Baca dan Ikuti Kisah Bersambung: Marlena
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Dilema Seni Tradisi Dalam Kultur Media

▲ Menuju 🏛 Home ► Tradisi Madura ► Dilema Seni Tradisi Dalam Kultur Media

Ditayangkan: 13-12-2010 | dibaca : 8,055 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Endang Susanti Rustamaji

Lewat artikel “Menghidupi Tradisi Seni” (Bandung Art Forum, April 2001), Rizki A Zaelani pernah mengatakan bahwa kesenian adalah bagian dari tradisi hidup, dengan demikian, ia akan selalu berubah mengikuti perkembangan way of life kita.

Di zaman modern dan post-modern, bila kita hendak membayangkan kembali kesenian sebagai bagian dari keniscayaan hidup itu, maka tak cukup hanya bila dihidupi oleh sikap romantis-utopis tentang kehidupan seni tradisi masa lalu yang sering dicitrakan unik, menarik, klasik, eksotik, indah, alamiah dan tak pernah berubah.Mengacu konteks itu, seni mestilah mengalami transmutasi visi dan persepsi dalam mengikuti arus zaman.

Seni tradisi yang membiarkan dirinya untuk tetap bertahan dalam bentuk semula dan apa adanya, barangkali dihipotesiskan akan segera terpinggirkan.

Postulat Zaelani tadi memang masih berupa asumsi. Tapi, melihat perkembangan polemik wacana di luaran, saya mengakui bahwa fenomena yang terjadi dalam dunia seni kita memang menyajikan pokok pikiran yang kurang lebih demikian. Jauh-jauh hari, seusai Pekan Wayang Indonesia di Jakarta (1981), Umar Kayam menengarai bahwa format seni pertunjukan tradisional harus berubah, karena zaman memang menghendaki perubahan.

Sementara itu, jika kita tarik ke muka, seorang dalang muda pelestari seni tradisi, Ki Enthus susmono secara transparan dan agak jumawa menilai, bahwa pertunjukan wayang yang setia pada pakem dianggap sudah kadaluwarsa. Lagipula, tidak kreatif. Maka, teknisnya mesti diubah. “Yen dalang muda ora melu aku, bakal mati sandhang pangane” (Kalau dalang muda tidak ikut saya, bakal celaka). Seperti itulah.

Mencermati perkembangan yang terjadi; apapun jenis, bentuk dan hakekatnya, seni sekarang merupakan bagian dari pertunjukan (tontonan), identik dengan sarana untuk merebut perhatian khalayak.

Disini, peristiwa budaya bernuansa ritus- keagamaan pun tidak segan-segan lagi dikreasikan sedemikian rupa, agar mendapat tempat di hati masyarakat sebagai hiburan. Setidaknya, setiap pengelola pertunjukan akan mencari kiat sekuat pikiran, menawarkan apa saja, segala kreasi seni yang dimilikinya supaya layak dinikmati publik.

Bahkan, seni tradisi yang tadinya memiliki hakikat sebagai bagian dari sosio-aspirasi, penggerak kesadaran dan ajakan kontemplasi bagi masyarakat pendukungnya dan sebagai sarana dialogis dalam menata ketahanan budaya setempat, menjadi tandus oleh pemikiran yang ditekankan oleh budaya massa (kultur media).

Akibat lain yang kronis: seni tradisi tak mampu lagi menjadi penggugah kesadaran dan ajakan kepada publik pendukungnya, ketika posisi seni telah berubah arah dari hakekat ketahanan-budaya menjadi sekedar pengisi keterhiburan dan pemuas selera masyarakat. Padahal,seyogyanya ia mengemban tanggung jawab besar dan mulia: sebagai agen pewarta kebenaran, keindahan serta keluhuran budi dalam jangka panjang.

Pages: 1 2 3

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Marlena
Lilik Soebari
Babad Madura Line
    • Bujuk Aji Gunung Menurunkan Ulama Madura
      In Sejarah Madura
    • Sejarah dan Makna Pemugaran Masjid Agung Bangkalan
      In Sejarah Madura
    • Témbhuk Olo-OloCerita Rakyat Sapeken; Tèmbhuk Olo-Olo
      In Legenda Madura
    • Stratifikasi Sosial Masyarakat Madura
      In Budaya Madura

  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • Diminati

    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan
    • Kelucuan Humor Kocak Ala Madura
    • Ki Moko dan Terciptanya Api Tak Kunjung Padam
    • Tradisi Meminang Bagi Orang Madura
    • Asal Usul Leluhur Orang Madura

ALBUM LAGU MADURA

 

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close