Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura

Sastra lisan dalam bentuk mocopat/macapat/macopat/mamaca mulai ditinggal oleh masyarakat

***

Apabila diperhatikan secara seksama, tradisi lisan Madura sebagian telah mengalami kepunahan dan kemunduran. Sedangkan yang masih hidup saat ini agaknya sulit untuk bertahan. Penyebabnya antara lain karena terdesak oleh kebudayaan moderen. Kegiatan mendongeng, misalnya, terdesak oleh sinetron yang ditayangkan oleh media elektronik. Begitu anak berpendidikan moderen tidak suka potong gigi ketika hendak menikah, otomatis acara “mamapar” yang disemarakkan dengan tembang akan berkurang. Merosotnya warisan tradisi lisan itu berkaitan erat dengan pandangan hidup baru yang dipacu oleh gairah kehidupan moderen.

Sedangkan upaya revitalisasi yang disesuaikan dengan irama modernitas jarang dilakukan. Upaya revitalisasi, sebaiknya dikaitkan dengan kebutuhan zaman dan upaya itu membutuhkan kerja keras. Kita bisa melihat, sukses dari Emha Ainun Nadjib dalam menghidupkan kembali beberapa lagu-lagu Jawa, contoh seperti syi’ir “Tombo Ati”, “Ilir-ilir”, “Sluku-sluku Bathok”, dan lain-lain.

Dengan demikian, menghidupkan warisan tradisi lisan Madura harus ada upaya memberi nafas baru agar penampilannya terasa segar, sehingga penampilannya tidak sekadar menjadi kenangan dan nostalgia. Lebih dari itu penyajiannya benar-benar menyuarakan irama zaman.

Upaya-upaya seperti itu menjadi penting untuk memberi jatidiri atau paling tidak sebagai ungkapan yang khas dari satu etnis yang tidak kehilangan akar budaya.

Lembaga-lembaga pendidikan pun memerlukan pendidik yang punya visi budaya sehingga anak didik yang akan berkiprah pada zaman yang akan datang punya rasa “cinta” yang bersumber dari mata air yang memancar dari perbendaharaan warisan nenek moyang.

Kerja budaya seperti itu perlu dipadu dengan kegiatan lainnya, disamping memerlukan wawasan yang luas sehingga tidak melahirkan primordialisme baru. Rekayasa sehat dalam merawat nilai-nilai warisan budaya harus tetap bertumpu pada nurani dan gairah hidup yang sehat. Dari sinilah gairah kebudayaan dikembangkan sebagai ujud dari rasa cinta kepada tanah air, warisan leluhur dan tanggung jawab kebudayaan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.