Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
    • Baca dan Ikuti Kisah Bersambung: Marlena
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura

▲ Menuju 🏛 Home ► Sastra Madura ► Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura ► Page 3

Ditayangkan: 21-07-2013 | dibaca : 6,929 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

 

Paparegan (paparekan)          ialah semacam puisi pendek yang memakai sampiran. Satu bait terdiri dari empat larik, dua larik sampiran, dan dua larik selanjutnya merupakan isi, dengan pola rima a b a b

Rima dalam paparegan sangat mendapat perhatian menjaga keindahan bagi pendengaran karena pada pemakaiannya, paparegan tidak termasuk sastra tulis, tetapi sastra untuk dilagukan. Meskipun lua larik terdahulu yang disebut sampiran tidak mengandung isi apa-apa tetapi aspek bunyi selalu memberi keindahan yang menyarankan seakan-akan ada sambungan estetis antara sampiran dengan isi. Antara larik satu dengan larik tiga, dan larik dua dengan larik empat, terjalin benang halus yang dipadukan oleh persamaan bunyi

Sampai sekarang paparegan masih disukai banyak orang. Pada beberapa kesenian Madura tradisional, seperti ludruk, topeng, dan lain-lain, kehadiran paparegan bukan hanya sekedar variasi, tetapi memang sudah menjadi kebutuhan, untuk menunjang keberhasilan pementasan.

Kalau Madura disebut pula pulau “karapan sapi”, maka salah-satu jenis sastra lisan yang bisa didapatkan  pada pacuan sapi ialah lok-alok. Karapan sapi yang menampilkan lok-alok bukan karapan sapi yang kita lihat pada kejuaraan karapan sapi di kota-kota kecamatan atau kabupaten di Madura. Karapan sapi yang menampilkan lok-alok ialah yang terdapat di desa-desa di mana sapinya dipacu sepasang-sepasang tanpa lawan berpacu. Sepasang sapi biasanya dipacu dua kali. Di antara dua kali pacuan ini ada waktu bagi masing-masing si empunya sapi untuk memperkenalkan nama sapinya kepada para penonton, yaitu pada saat semua sapi sudah berada di finis setelah pacuan yang pertama. Ketika hendak kembali ke start untuk pacuan yang kedua kalinya, di tengah-tengah lapangan si empunya sapi atau orang yang mewakilinya mengucapkan pidato perkenalan itu, yang disebut lok-alok.

Orang yang mengucapkan lok-alok disebut tokang lok-alok. Seorang tokang lok-alok yang ahli biasanya sangat pandai sekali mengelola kata-kata, sehingga ucapan-ucapannya puitis sekali, meskipun kadang-kadang terjerat pada klise.

Dalam lok-alok ini ternyata dominan sekali permainan irama dan rima, sehingga terlepas dari arogansi yang terkandung dalam maknanya, namun persyaratan sastrawi sudah bisa dipenuhi. Di samping itu vitalitas yang memancar pada bunyi masing-masing kata menunjukkan bahwa lok-alok ini benar-benar salah-satu sastra lisan yang khas Madura. Uniknya pula lok-alok itu tidak dilagukan sebagaimana kidungan, sebagaimana lazimnya sastra Madura yang puitis lainnya, tapi diucapkan dengan suara lantang seperti orang membaca sajak.

Istilah lok-alok berarti memperkenalkan, karena kata ka-alok dalam bahasa Madura berarti terkenal. Jadi lok-alok memperkenalkan dua ekor sapi yang diikutkan pesta kerapan.

Lok-alok juga digunakan untuk memperkenalkan nama sapi sonok (ada menyebut sapi lotrengan atau pajangan). Sapi sonok ialah sejenis kontes sapi betina. Kalau sapi kerapan yang dipentingkan  kecepatan larinya sedangkan sapi sonok keserasian pasangannya, keanggunan jalannya dan ketegaran melangkah memasuki pintu gerbang yang diberi cermin besar.

Pages: 1 2 3 4 5

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Marlena
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • Dengarkan Lagu Madura

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • Terkini

    • Bindara Saod, Sautan dari Rahim Ibunda Ratu
    • Babad Tanah Madura
    • Lok-olok, Tradisi Lisan Madura
    • Perempuan Madura, Simbol Prestise dan Tradisi Perjodohan
    • Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri
    • Medan Laga Madura dalam Perang Tahta Jawa II
    • Makna Labãng Mesem, Keraton Sumenep
    • Eksplor Madura: Destinasi Wisata di Pamekasan
    • Eksplor Madura; Destinasi Wisata di Sumenep
    • Gelar Panembahan Pertama Kali di Madura

  • Banyak dikunjungi

    • Sejarah Buju’ Batu...
    • Asal Usul Leluhur Orang M...
    • Tembang Macapat Madura da...
    • Inilah Silsilah Asta Sind...
    • Tradisi Meminang Bagi Ora...
    • Bindara Saod, Sautan dari Rahim Ibunda Ratu
    • Babad Tanah Madura
    • Lok-olok, Tradisi Lisan Madura
    • Perempuan Madura, Simbol Prestise dan Tradisi Perjodohan
    • Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri

ALBUM LAGU MADURA

 

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close