Tradisi Nyadar, Nadar Leluhur dan Madu Samudra

Sebagai tradisi menghormati leluhur yang telah memberi jalan hidup. Sekaligus syukur pada ilahi yang telah menebar anugerah kehidupan.

Matahari terik mengiring mobil Mossaik menggelinding menyusur jalan di jalur selatan Pulau Madura. Setelah diawal pagi kami memulai perjalanan kali ini, sekitar empat jam kemudian akhirnya kami kembali sampai ke Sumenep untuk yang kesekian kalinya.

Upacara adat Nyadar, yang sekarang menjadi target liputan kami. Adalah kekayaan tradisi masyarakat petani garam Desa Pinggir Papas. Walau orang Pinggir Papas yang begitu terikat melakoni tradisi ini setiap tahun, namun kenyataannya tradisi Nyadar sudah menjadi milik semua orang.

Tak heran bila setiap kali pelaksanaannya, orang-orang dari seluruh penjuru datang dengan motivasinya masing-masing. Maka jadilah upacara tradisi ini tumpah-ruah dengan orang-orang, baik ketika acara ziarah di hari pertama. Maupun di acara haul, atau yang mereka sebut dengan Kaoman, pada hari berikutnya.
Nyadar dilakukan di sekitar komplek makam leluhur, disebut juga asta, yang oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan nama Bujuk Gubang. Dalam setahun dilakukan tiga kali berturut-turut dengan rentang waktu satu bulan berselang. Pada Nyadar ketiga biasa mereka sebut dengan Nyadar Bengko.

Lokasi tersebut berada di Dusun Kolla, Desa Kebundadap Barat, Kecamatan Saronggi yang masih masuk Kabupaten Sumenep. Dari kota Sumenep sendiri untuk menuju lokasi masih harus menempuh jarak sekitar 13 kilometer lagi ke arah Selatan. Bila membawa kendaraan pribadi akan lebih baik, namun kalau terpaksa harus menggunakan kendaraan umum, di sana pun tersedia. Tidak perlu kawatir kesasar, karena lokasinya sangat terkenal, bertanya kepada penduduk setempat pasti tahu tempatnya.

Mossaik kali ini datang pada pelaksanaan upacara Nyadar yang pertama. Yang jatuh pada tanggal 23 dan 24 Juli 2005 H. Bila menurut perhitungan bulan, jatuh pada tanggal 17. Konon penentuan waktu pelaksanaan Nyadar berdasar musyawarah para pemuka adat, yang masih merupakan keturunan dari leluhur yang dimakamkan di asta itu.

Salah satu referensi Mossaik menyebutkan beberapa syarat sehubungan dengan pelaksanaan Nyadar. Syarat tersebut terdapat kaitan dengan peringatan Maulid Nabi. Yang pertama, pelaksanaan upacara tidak diperkenankan diadakan sebelum tanggal 12 Maulid.

Kedua, selamatan yang tidak boleh melebihi besarnya selamatan yang diadakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan syarat yang lain adalah para peserta upacara Nyadar terlebih dahulu diwajibkan untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dari syarat tersebut selain mengindikasikan bahwa Nyadar tumbuh dan berkembang setelah Islam masuk. Selain itu juga mengimplikasikan bahwa penghormatan terhadap leluhur mereka tidak boleh melebihi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.