Permainan Pesapean Bagian Upacara Minta Hujan

Pulau Madura umumnya dan khususnya Kabupaten Sumenep merupakan penghasil ternak sapi terbesar di Jawa Timur. Para peternak dan petani Madura sangat mencintai sapinya, seperti yang diungkapkan dalam pepatahnya yang berbunyi se ngorebi sengko area yang artinya “yang menghidupi aku ini ialah sapiku”. Oleh karena itulah, banyak unsur-unsur kebudayaannya mem­visualisasikan keakraban mereka dengan sapi, di antaranya dalam permainan rakyat tradisional yakni pe-sapean.

Permainan Pesapean ini hanya terdapat di daerah Kecamatan Ambunten, di Kabupaten Sumenep. Situasi daerah ini telah me­latarbelakangi kebudayaan dari permainan tersebut, karena daerah itu terletak di daerah pegunungan yang curah hujannya kurang sekali. Sebagian besar daerah ini terdiri dari tanah ladang serta sawah tadah hujan yang tergantung pada turunnya hujan. Tanah ladang ini menghasilkan jagung yang terbesar di pulau Madura, sedangkan sawah tadah hujan, menghasilkan padi yang cukup untuk daerahnya saja.

Seperti diketahui desa-desa di Kecamatan Ambunten ini, sebagian besar tanah ladangnya merupakan tanah tandus. Ladang- ladang itu merupakan tempat tumpuan harapan petani, begitu pula sapi adalah binatang ternak yang sangat berharga bagi mereka. Oleh karena itu, hidup ternak tersebut sangat diperhatikan dan diutamakan. Penduduk yang hidupnya tergantung pada hujan, se­tiap tahunnya di akhir musim kemarau selalu menghadapi masalah kekurangan air.

Dalam menghadapi musim kemarau yang mengakibatkan bencana kekurangan air ini, masyarakat berembuk untuk mengatasi­nya. Mereka berusaha dengan jalan meminta kepada Yang Kuasa agar diturunkan hujan yakni dengan cara mengadakan upacara.

Seperti diketahui penduduk desa ini semuanya beragama Islam, di mana unsur-unsur kebudayaan Islam tampak jelas ter­lihat pada masyarakat petani dalam melaksanakan upacara adat, di antaranya upacara minta hujan. Dalam mengawali kegiatan upa­cara minta hujan, dari segi agama berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa; sedangkan dari segi kepercayaannya masih tampak ada­nya sisa-sisa kepercayaan tradisional. Mereka masih piengikuti jejak para leluhur dengan menyediakan ba’saba untuk Searaksa yang memohon agar hujan segera diturunkan. Namun demikian, do’a yang diucapkan adalah do’a dalam ajaran agama Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.