Ada tiga peristiwa penting bagi Warga Madura untuk toron. Yang pertama, yaitu pada saat lebaran Hari Raya Idul Ftri, Hari Raya Idul Adha dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Lontar Madura
Tulisan Tebaru
![Bagi Orang Madura, Toron Bukan Sekedar Mudik](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2020/05/toron-400x200.jpg)
Bagi Orang Madura, Toron Bukan Sekedar Mudik
Toron meski berarti “turun” buka bermakna turun dari atas atau turun ke bawah. Meski kebalikan kata “toron” atau “turun” adalah “naik” atau “ongghâ”, karena orang Madura tidak mengenai kata “naik” atau “ongghâ” hubungannya dengan merantau.
![Mien Achmad Rifai, Penulis dan Ahli Biologi Asal Madura](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2020/01/mien-rifai-peneliti-batik-260x200.jpg)
Mien Achmad Rifai, Penulis dan Ahli Biologi Asal Madura
Pak Mien yang mempunyai hobi mengumpulkan perangko dan patung kodok menikah dengan Nur Hayati. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak perempuan, yaitu Sri Hidayati
![Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2013/07/macapat-400x226.jpg)
Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura
Tradisi lisan Madura sebagian mengalami kepunahan dan kemunduran. Sedangkan yang masih hidup sulit untuk bertahan. Penyebabnya terdesak kebudayaan moderen
![Belajar Dari Kearifan Lokal Madura](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2021/05/kearifan-lokal-400x200.jpg)
Belajar Dari Kearifan Lokal Madura
Lahan yang seharusnya merepresentasikan kearifan-kearifan sudah dimonopoli oleh tekanan-tekanan keilmuan pragmatis yang konon sebagai ilmu yang mampu membuka ruang luas dalam tatanan kehidupan masa depan.
![Masjid Agung Sumenep: Akar Historis Toleransi Masyarakat Madura](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2023/03/masjid-agung-sumenep-01-400x200.jpg)
Masjid Agung Sumenep: Akar Historis Toleransi Masyarakat Madura
Secara historis, Masjid Agung Sumenep dibangun pada masa Pemerintahan (Panembahan) Sumolo yang memiliki gelar Tumenggung Aria Asiruddin Natakusuma (1763 M.). Dia memerintah Sumenep dari tahun 1762 sampai 1811 M. dan merupakan putra angkat Raden Ayu Tumenggung Tirtonegoro yang menikah dengan ayah kandungnya, Bendoro Saod. Bindara Saod alias Raden Tumenggung Tirtonegoro merupakan seorang auliya’ yang dikenal sakti mandraguna, termasuk putra-putra keturunannya.
![Sumenep Masa Kekuasaan Aria Pakunataningrat II](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2019/06/pendopo-sumenep-400x200.jpg)
Sumenep Masa Kekuasaan Aria Pakunataningrat II
Ketika tahun 1875 sebelum jadi Bupati Sumenep, Pakunataningrat II menjadi Komandan Prajurit barisan dengan pangkat Luitenant Kolonel
Orkes Okol, Musik Pengiring Lomba Merpati
Okol adalah orkes kecil dengan jumlah pemain yang berbeda-beda, tetapi saya sendiri hanya menyaksikan permainan dari orkes yang terbuat dari sebuah xylofon bersama dua atau tiga kentongan. Namun dua instrumen lain (yaitu sepasang simbal kecil dari logam dan sebuah suling bambu), serta nyanyian
![Orkes Tongtong, dari Timur Daya Sumenep](https://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2023/03/tongtong-400x215.jpg)
Orkes Tongtong, dari Timur Daya Sumenep
Orkes tongtong merupakan bentuk musik tradisi yang digelar oleh masyarakat Madura, khususnya masyarakat timur daya wilayah Kabupaten Sumenep. Alat-alat orkes tongtonng sangat beragam jenis dan ukurannya tergantung pada dana yang tersedia, keterampilan dan tingkahnya