Mengenal Museum Mandilaras Pamekasan

museum-mandilaras
Tampak depan gedung museum Mandilaras

Museum Mandilaras Pamekasan, Jawa Timur, merupakan museum yang dikeloka oleh Pemerintah setempat. Museum ini yang berada di jantung Kota Pamekasan ini, diresmikan pada 18 Maret 2010

Dinamakan Mandilaras, terkait dengan nilai kesejarahan keraton Mandilaras yang merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Pamekasan pada abad ke 16, yaitu ketika Panembahan Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras.

Memasuki museum ini, pengunjung akan disambut oleh patung Topeng Gethak, salah satu seni tari unggulan Pamekasan. Kondisi bangunan gedung museum tidak begitu besar, bahkan tergolong kecil untuk sebuah museum, namun didalamnya terdapat sekitar 200 benda koleksi yang mempunyai nilai sejarah tinggi, antara lain ragam jenis senjata, peralatan dan perkakas rumah tangga, numismatika, fosil, filologika, alat tranportasi maupun diorama.

Koleksi senjata di museum ini berupa keris dan tombak. Keris sebanyak 6 buah di antaranya adalah keris Madura. Keris ini terbuat dari besi, dapurnya baru rambat Pamekasan dengan pamor biji pala. Keris Madura ini diciptakan oleh seorang empu yang bernama Citra Nala (murid Ki Murkali) di zaman Ronggosukowati. Keris Mataram, dapur semampir dengan luk 11, pamor tirto tumetes dan tangguh Madura.

Keris Mataram ini diciptakan pada zaman Sultan Agung ketika berkuasa di tanah Madura, dan keris dengan dapur Majapahit yang memiliki pamor kuku tancang kinata emas, selain terdapat 2 koleksi tombak. Tombak Ki Aryo konor terbuat dari kulit kertas dan berukuran pendek. Tombak Ki Aryo ini merupakan peninggalan Aryo Menak Senoyo yang senantiasa menemani selama melakukan syiar Islam di Parupuh, Pamekasan. Sedangkan, tombak Madura yang terbuat dari besi memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan tombak Ki Aryo. Tombak Madura ini, dibuat di daerah Pekong pada zaman awal Majapahit, yang merupakan senjata pengawal kerajaan.

Koleksi peralatan rumah tangga yang ada di museum ini meliputi lesung dan penumbuk padi lainnya, batu perkakas untuk membuat ramuan obat, tungku dari tanah liat, periuk kecil, baki (talam), lépér (tadha), centhong bathok, tempat bahan untuk menginang masa lalu (minangan), alas cangkir yang terbuat dari kristal (lophor Kristal), cangkir untuk minum jamu masa lalu (changkolo), dakon hingga lèncak gerbhung. Lèncak gerbhung yang ada di museum ini, mempunyai nilai filosofis yang sangat tinggi.

Pada bagian tengah badan lèncak gerbhung ini berongga yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga. Kemudian pada bagian tepinya dikelilingi oleh ukiran bermotifkan fauna yang mempunyai makna suka cita, artinya si penghuni dapat menikmati istirahatnya dengan suka cita dengan mimpi yang indah. Kemudian pada sisi kiri benda ini, terdapat simbol kehormatan sang penghuni berupa bulatan kayu besar kecil yang terletak di bagian atas ukiran yang memiliki makna posisi tidur suami dan isteri. Suami berada di sisi luar, sedangkan isteri berada di kiri suami, karena bersifat melindungi.

Koleksi numismatika merupakan koleksi yang terdiri atas uang kuno. Koleksi numismatika yang ada di museum ini, terdiri atas koleksi uang kertas dan benggol. Sedangkan, koleksi fosil yang menghuni museum ini adalah fosil moluska yang banyak ditemukan di perairan Pamekasan yang menghadap ke Selat Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.