Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Menelisik Sejarah Pasongsongan yang Terputus

▲ Menuju 🏛 Home ► Sejarah Madura ► Menelisik Sejarah Pasongsongan yang Terputus

Ditayangkan: 24-08-2019 | dibaca : 2,190 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Syekh Ali Akbar, Menelisik Sejarah Pasongsongan yang Terputus, penerbit: Rulis 2019

Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin, nama ini memang tidak begitu populer di tengah masyarakat Sumenep bila dibanding tokoh sejarah lainnya. Namun demikian, beliau mempunya konstribusi terhadap keberadaan nama Pasongsongan, yakni sebuah wilayah yang berada di timur daya Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Madura.  Jawa Timur. Dari perjalanan sejarah, Pasongsongan telah melahirkan sejumlah tokoh penting, namun tidak banyak terekspos ke ranah publik. Nah, berangkat dari sinilah salah seorang tokoh yang cukup monomental terhadap fenomena wilayah Pasongsongan perlu diperkenalkan.

Nama Pasongsongan memiliki sejarah cukup panjang dan sangat mengesankan untuk disimak,  karena menariknya sehingga ada pepatah lama yang  mengatakan, tak kenal maka tak sayang.  Lalu hubungan tokoh ini dengan nama Pasongsongan?.  Yang jelas ada sesuatu terselip kandungan makna yang mungkin cukup beragam orang menerjemahkannya. Karena antara individu yang satu dengan lainnya punya perspektif berbeda, punya penafsiran berbeda.

Maka ironis bila  diantara warga sebagai masyarakat yang pernah tinggal, lahir dan besar di Pasongsongan; makan, minum dan menghirup udara di situ, bahkan sudah pasti buang air besar dan kecil pun di atas tanah Pasongsongan tidak tahu menahu tentang sekelumit sejarah Pasongsongan itu sendiri. Atau mungkin kita menganggap sejarah Pasongsongan cukup hanya  menjadi milik kalangan tertentu saja.

Sikap yang apatis terhadap kelahiran dan keberadaan latar sebuah daerah yang buminya sudah didiami sekian lama merupakan suatu sikap yang kurang bijak. Apalagi sampai anti pati terhadap sejarah itu sendiri. Sikap yang demikian memang tidak berdosa dan tidak dimurkai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun perlu diingat, bahwa sejarah pada hakikatnya adalah merupakan jatidiri manusia di dalamnya.

Jatidiri yang sepantasnya dikaji dan ditelaah serta dicermati. Kalau bukan penghuni lalu siapa lagi yang akan melestarikan warisan  budaya nenek moyang kita. Sebab manusia adalah bagian dari sejarah itu sendiri,  yang tidak terpisahkan kendati raga sudah berkalang tanah. Leluhur kita menyampaikan ungkapan bijak kalau gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggal meninggalkan nama atau sejarah yang selamanya akan dikenang oleh anak-cucu, paling tidak  atau lebih mantap kalau seseorang meninggal dunia membuat masyarakat luas berduka cita atas kepergiannya, bukan hanya sebatas keluarga dalam saja yang meneteskan air mata.

Baca: Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin

Dengan memahami sejarah pula manusia bisa hidup lebih baik dari pada sebelumnya. Dan dengan mengkaji sejarah seseorang akan mampu membedakan sesuatu yang baik dan buruk karena manusia memiliki akal untuk berpikir. Apabila seseorang  lebih banyak bercermin dan bercermin terhadap sejarah masa lalu maka daya nalar berpikir orang tersebut akan jauh lebih arif dan bijaksana dalam menyelesaikan problematika kehidupan ini. Ia akan lebih mandiri dalam segala hal. Ia akan lebih terhormati hidupnya apabila disejajarkan dengan daerah lain yang juga tentunya mempunyai sejarah.

Pages: 1 2

Dibawah layak dibaca

Komentar Anda(2)

DIAN FAUZIA said on 12-01-2021

Assalamu’alaikum, kak kalau boleh tau apakah bukunya diedarkan/dijual? jika iya di mana bisa mendapatkan bukunya. terima kasih

Reply
Lontar Madura said on 20-01-2021

Maaf, sayang sudah habis

Reply

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Presiden SBY: Lestarikan Adat dan Nilai Budaya Madura
      📚 Peristiwa Madura
    • Prosesi Hari Jadi Sumenep ke 744 Digelar
      📚 Peristiwa Madura
    • Pentingnya Perawatan Tubuh Bagi Wanita Madura
      📚 Budaya Madura
    • Sumenep dalam Sejarah dan Otoritas Kepenulisan
      📚 Sastra Madura
    • Gerabah, sebagai Kearifal Lokal Madura
      📚 Tradisi Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close