Memaknai Popularitas Anekdot Bahasa Madura

Iklan Merusak Pakem

Selain kekonyolan yang sering ditonjolkan, banyak bahasa Madura yang tak sesuai dengan kaidah dan realitas bahasa Madura. Itu banyak kita temui terutama pada materi iklan dan bahan lawakan. Salah satu contohnya iklan sebuah bank di radio. Dalam iklan tersebut, seorang wanita bilang, “Yang ti – pasti…..” Padahal, dalam bahasa Madura, tak ada pengulangan satu kata tanpa penguatan makna. Yang lazim justru pengulangan tak sempurna terhadap kata ulang. Misalnya, gado-gado dalam bahasa Madura jadi do-gado, kanak-kanak jadi nak-kanak dan seterusnya. Jadi, terjadi proses reduksi terhadap kata ulang.

Para pelawak dan aktor iklan berbahasa Madura juga sering melafalkan istilah-istilah Madura secara tak pas. Misalnya, tak iyah dilafalkan tak iya (tanpa h). Konsekuensinya, terdengar hambar, selain cenderung merusak pakem bahasa Madura.

Yang juga perlu dipahami, tak semua kata diakhiri tak iyah. Sebab, istilah tak iyah merupakan penguatan dalam aksentuasi yang secara tak langsung meminta persetujuan lawan bicara. Tapi, dalam dialog materi iklan atau lawakan, hampir setiap akhir pembicaraan ditambahi tak iyah. Akibatnya, baik secara logika maupun leksikal jadi rancu.

Demikianlah, baik para pelawak maupun perancang materi iklan sering memanfaatkan bahasa Madura secara tak benar. Orientasi mereka -baik iklan maupun lawak- bersifat ekonomi, bukan kultural. Akibatnya, bahasa dan anekdot Madura berkembang secara tak wajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.