Masjid Agung Sumenep: Arsitektur Peradaban Bangsa Dunia

pilar masjid agung Saat itu Panembahan memberi kebebasan pada Lauw Khun Thing untuk melakukan ekspresi seni pada bangunan masjid. Lauw Khun Thing ternyata bukan sekadar tukang bangunan. Ia melakukan ekspresi yang luar biasa.

Pertama, ia membangun pintu gerbang dengan mengadopsi arsitektur dari berbagai bangsa. Pintu gerbang utama masjid dibangun mirip klenteng. Ada cungkup utama yang duduk di atas bangunan yang menurun pada sisi kanan dan kirinya yang mirip lekukan tembok Cina

Bangunan berlantai dua itu pada ujung atas cungkupnya terdapat empat kepala naga menyembul di atas kubah yang tingginya kurang lebih 80 meter. Ekornya turun ke bawah melilit sudut cungkup. Ventilasi bangunan dibuat bundar dan diberi ornamen seperti matahari yang bersinar. Sabuk bangunan yang memisahkan cungkup dan bangunan lantai dua diberi ornamen bergaya Eropa, berupa seni swastika sepanjang tangga kiri dan kanan. Pada bangunan lantai dasar, terdapat dua rumah tahanan yang menghadap ruang utama masjid.

Dulunya rumah tahanan adalah sel bagi mereka yang melakukan tindakan kriminal. Setiap mereka yang melakukan tindakan kriminal akan menjadi tontonan jamaah masjid, sehingga memberi efek jera pada pelakunya. “Lauw Khun Thing memang luar biasa. Pada masanya ia sudah bisa membangun masjid semegah dan secanggih itu,” paparnya.

Kemiringan bangunan cungkup pintu gerbang yang 80 derajat itu tingkat kesulitannya sangat tinggi. Di era modern, para tukang cat masjid saat melakukan pengecetan sering mengeluh kesulitan dan ada perasaan takut ketika berada di atas cungkup.

Pada bagian bangunan utama masjid, yang disangga dengan sembilan tiang sebesar dua pelukan lengan orang dewasa dengan tinggi 30 meter, menjadi penyangga jati balok persegi empat dengan ukuran besar menunjukkan keistimewaan bangunan.

Bangunan utama masjid, dengan tujuh pintu berukuran masing-masing tiga meter dan enam jendela masjid dengan ukuran dua meter, membuat ruang utama masjid menjadi sejuk. Masjid ini memiliki dua mihrab, yang mengapit tempat imam shalat dan yang dilapisi dengan keramik Cina.

Pada pucuk mihrab yang berbentuk cungkup, terdapat hiasan dua mata pedang yang kerap kita saksikan pada film-film kungfu. Pada samping kanan dan kiri mihrab, terdapat ukiran pahat batu berupa bunga. Demikian pula pada daun pintu masjid, terdapat ukiran kayu dengan motif kembang nan indah, mirip sebuah piktograf (ukiran yang bisa dikidungkan dan bercerita).

Di atas tempat imam masjid, dulu terdapat pedang perak Arab dan Cina, bertengger menyilang di dinding atas. Sayangnya, pedang Cina itu kini raib, yang tersisa hanyalah pedang Arab.

Pada bagian kusen pintu, jendela dan jerujinya sangat kental dengan gaya arsitektur Belanda sehingga Masjid Agung Sumenep adalah akulturisasi berbagai peradaban seni bangunan bangsa-bangsa di dunia. Masjid Agung Keraton Sumenep juga memiliki menara setinggi kurang lebih 50 m dan berdiameter 150 cm, mirip dengan menara miring di Prancis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.