Acara yang digelar selama tiga hari tersebut, terdapat acara puncak ritual yaitu berupa rokat tase’ atau larung sesaji. “Jadi mereka melarungkan sesajen ke tengah laut, sebagai bagian ritual persembahan.
Biaya untuk merias perahu tidak sedikit, bahkan sampai jutaan rupiah. Namun demikian, ujar Madrai warga setempat yang katanya ikut membantu proses periasan perahu milik tetangganya itu, si pemilik tidak segan-segan membiayai berapa jutapun. “Kami melakukan semua ini penuh suka cita, seperti layaknya perahu yang dihias itu seperti menghadapi lomba hias perahu.”, ungkapnya.
Karena meraka meyakini, dengan menghias perahu sebagus dan seindah mungkin, merasa seperti memnyampaikan doa yang Sang Khalik. agar mendapatkan keselamatan, serta menjadi berkah berupa hasil tangkapan ikan yang berlimpah di kemudian hari.
Seperti pertunjukan layaknya, puluhan perahu yang mengikati bibir pantai itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Siapapun boleh naik menumpang perahu selama kapasitas perahu memungkinkan, dan umumnya para penumpang perahu hias itu terdiri dari kerabat dekat atau tetangga pemilik perahu, yang selanjutnya diajak mengitari Pulau Poteran yang tidak begitu luas.
Setelah berkumpul di pesisir desa padike, lima puluhan perahu hias ini akan dikirab berlayar mengelilingi pulau poteran. Arak-arakan perahu kirab ini terlihat menarik, karena seluruh perahu berjalan rapi dan berjejer satu sama lain.
Kirab perahu ini digelar dari pagi hingga sore hari. Walaupun merupakan tradisi nelayan desa, namun para nelayan membolehkan warga desa lain untuk naik ke perahu mereka, dan menikmati hiburan yang tersedia (Lontar Madura)
KAPAN ritual Ghumbak dilaksanakan? Ada yang menyebut setiap malam 1 Muharam, 14 dan 17 Dzulhizah. Yang betul mana? Terma kasih.
Kalau gak salah tiap tahun pada 14 dan 17 Zulhijah.
walaupun aku tak berada di lokasi secara langsung. namun aku dapat merasakan uforia pesta akbar tersebut . . .
semoga diberkahi oleh allah swt . . .