Kiai Djauhari, Sosok Muqaddam Yang Sederhana
Untuk bisa jeli dalam menuntut ilmu, kita dituntut untuk mampu memahami maksud dan niat awal kita menuntut ilmu. Berdasar niat dan maksud itulah kita akan mampu berjalan lurus dan bisa mencapai apa yang menjadi harapan kita, dan Ilmu yang kita pelajari akan menjadi ilmu nafi’ dan barokah.
Jujur dalam Berdagang
Kiai Djauhari selama hidupnya selalu berusaha membuat masyarakat Prenduan khususnya, menjadi masyarakat yang agamis dan taat menjalankan ajaran-ajaran Islam dalam hidupnya, termasuk dalam bidang bisnis dan perdagangan.
Kepada para pedagang Prenduan, Kiai Djauhari berpesan agar senantiasa jujur dalam menjalankan roda bisnis. Jangan mencuri timbangan dan takaran, jangan mencampur barang yang jelek dengan yang baik supaya mendapat berkah dan Allah!” (Kafie, 1996). Menurut Kiai Djauhani kejujuran dalam berdagang akan sangat menentukan barokah tidaknya hasil usaha yang diperoleh. Tanpa kejujuran sulit rasanya mengharap hasil perdagangan kita menjadi barokah, malah bisa sebaliknya, mencelakan diri kita sendiri.
Untuk menyampaikan pesan itu, biasanya setiap pagi, antara pukul 09.00 sampai 10.00 WIB Kiai Djauhani berjalan kaki mengunjungi toko-toko sepanjang jalan raya Prenduan. Seraya melakukan kunjungan tersebut, Kiai Djauhari memberikan fatwa kepada pedagang agar tidak melakukan kecurarangan saat menjalankan aktivitas dagangnya. (syaf/Lontar Madura)
Disalin dari buku KH.A. Djauhari Chotib, Muqaddam Tarekat Tijaniyah Madura 1904-1971, Mutiarapress, Ponpes Al-Amien Prenduan, halaman 35 s/d 38 dan 86 s/d 88
Dibawah layak dibaca