Kiai Djauhari, Sosok Muqaddam Yang Sederhana
Hidup Sederhana
Kiai Djauhari termasuk sosok muqaddam yang pola hidupnya sangat sederhana. Kesederhanaan hidupnya tidak saja berlaku bagi din dan keluarganya, melainkan juga beliau anjurkan kepada segenap Ikhwan Tijani.
Kesederhanaan mi terlihat seperti misalnya ketika masyarakat menawari Kiai Djauhari untuk merenovasi rumah beliau. Beliau menolaknya dengan halus, sambil dengan nada humor beliau berkata, “Mon bhagus ghallu romanah, dhagghi’ tak bisa jhagha ban loppah kaangghuy abhajang tahujjud.” (Kalau rumah saya terlalu bagis, nanti saya tidak bisa lagi bahkari lupa melaksanakan shalat tahajjud). Kiai Djauhari selalu menghindari hidup mewah dan halh al yang tidak terlalu penting, jika nantinya akan membuatnya lalai dalam menjalankan syariat.
Senada dengan itu, Kiai Djauhari juga pernah berkata kepada KH. Jamaluddin Kafie, bahwa “sapas apa oreng se tao lebet e pettengnga, bakal tao jha’ badha fera’na bin fang” (hanya orang yang berjalan di gelap gulita yang bisa menikmati terangnya bintang). Artinya, hanya orang yang pernah merasakan kegelapan dan kesusahan hidup yang akan mampu merasakan mkmatnya kebahagiaan hidup itu. Karena itu, orang tersebut akan senantiasa berusaha mensyukuri semua yang didapatnya dan Allah swt. dan tidak pemah putus asa.
Jeli dalam Menuntut Ilmu
Ilmu pengetahuan tidak selamanya benilai baik, di lain sisi, ilmu terkadang berdampak negatif dan dapat merugikan orang banyak. Sehingga menurut Kiai Djauhari, kita harus pandai dan jeli memilah-milah ilmu tersebut terlebih dahulu. Dalam hal ini, Kiai Djauhari pernah berpesan kepada Kiai Haul (2008), “Mencari ilmu itu bagaikan nelayan yang mencari ikan di bagan. Angkat dulu semua ikan yang masuk ke dalam jaring, kemudian baru dipisah-pisah dan dipilah-pilah mana yang cocok dan yang benar, yang baik dan yang sesuai!”
Dibawah layak dibaca